"Kita bisa menggabungkan tabungan kita untuk membuka usaha, Jar. Kebetulan, aku ada resep membuat tempe dari keluargaku. Selain itu, aku punya ide untuk memelihara bebek. Telurnya, nanti bisa untuk membuat telur asin. Pasti laku keras, banyak orang sakit yang disarankan minum telur bebek juga," ujar Handoko bersemangat merencanakan bisnis.
Tapi, Jarwo malah termenung. Usaha penjualan burungnya memang sedang sepi. Sehari belum tentu ada yang beli. Tapi, dia menyukai pekerjaannya, bahkan mencintai pekerjaan itu. Meski hasilnya sedikit, bahkan sering rugi karena burung mati dan lepas. Itu semua bisa sirna, ketika tahu burung berkicau merdu. Rasanya puas, tapi Jarwo juga punya keinginan untuk hidup layak, terutama karena tuntutan istrinya.
"Aku setuju, Han. Nanti aku hitung kembali, persiapan untuk membuka usaha kita. Lalu, untuk bagi hasilnya nanti bagaimana ?" tanya Jarwo.
"Tentu sesuai modal dan tenaga yang dikerahkan. Untuk ide, tidak usah bayar. Itu anggap saja ide kita bersama. Kamu setuju kan ?"
Mereka tertawa bersama setelah selesai dari warung. Menuju tempat bekerja masing-masing dan kembali di hari esok. Bukan untuk melakukan hal yang sama, tapi mengakhirinya. Tak ada yang menyangka. Semua menjadi pertanda merantau.
Godean, 08 Mei 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H