Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menguap

5 Mei 2023   05:14 Diperbarui: 5 Mei 2023   05:09 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat ini, membaca menjadi perasaan hampa. Kata berlalu begitu saja, langkah menjadi derap kehidupan. Bisa bertumbuh.
" Dalam diam, sebenarnya itu menjadi perlawanan atas hidup. Kita bisa menemukan banyak makna dalam diam. Bisa saja, kelak akan muncul sebagai harapan untuk tetap melangkah. Bisa sebagai syukur atas derap kehidupan," lanjut Jarwo.

***

Kini, pagi menjadi waktu menata hati. Memberi kesempatan seluang mungkin. Menikmati teh hangat dan kue, itu kalau ada. Jika tida, memilih tidur kembali akan cukup bijaksana. Bukankah, tidur membebaskan Jarwo dari berbagai masalah.

"Kalau saja. Hidup itu penuh dengan kalau saja, tapi nyatanya menjadi kesesakkan tersendiri. Perasaan yang tidak bisa diungkapkan sembarangan. Muncul menjadi hidup, di mana hidup itu sendiri penuh dengan masalah," ujar Jarwo.

Pagi Jumat, menikmati teh hangat. Siang akan muncul kemungkinan lain, paling tidak setiap kata menjadi harapan dari kemungkinan itu.
"Kita bisa melakukan banyak hal yang menarik, bahkan luar biasa dengan cinta yang hebat. Tapi, semua itu butuh uang, Jar"

Perkataan itu terngiang di kepala Jarwo, tidak hanya di telinga. Perkataan yang harapannya membawa daya ubah dan kreasti. Nyatanya tidak, kesesakkan datang perlahan. Menjumpai setiap derap langkah yang dimunculkan. Bisa jadi, dalam gema kehidupan langkah itu boleh semu.

"Tapi, setiap burung dalam sangkar juga tidak bisa memilih banyak. Ia makan sudah disediakan tuannya, bisa jadi tidak makan. Kelaparan dan kehausan, tapi tetap melanjutkan hidup. Bukan hanya untuk hidup, tapi menikmati kehidupan dengan kicauan," ujar Jarwo.

Menguap di pagi hari, kantuk datang. Memberi kesempatan pada kehidupan untuk bekerja. Dalam kantuk, ada skripsinya Jarwo yang harus dikerjakan. Hubungan rumit juga menguras tenaga. Melelahkan, mendamba pada tiap hirup dan harap.

"Semoga kita kuat menjalani sampai pulang," ujar Jarwo bukan lewat mulutnya. Tapi, melalui air mata.

Godean, 05 Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun