Demi Nastar
Cerpen Yudha Adi Putra
Sebuah hotel dekat asrama menjadi tujuan Jarwo. Tempat itu membawa Jarwo pada kumpulan kenangan. Bagaimana dia seminggu sekali harus pulang. Beragam perasaan dirasakan. Tidak cocok dengan kakak kamar. Menyendiri dalam keramaian. Menikmati sarapan. Semua terasa campur aduk. Asrama membawa banyak perubahan. Untuk mengenali diri dan berusaha sedikit untuk egois.
"Hotel Daffam Fortuna besok tanggal 13 April. Usahakan tepat waktu !" begitu pesan di ponsel Jarwo. Sudah terbaca dan beberapa jawaban bermunculan.
Jarwo merasa senang, semoga saja menjadi hari baik untuk belajar. Belajar bisa di mana saja. Bertemu apa saja, paling dia menyadari. Kalau tempat turut berpengaruh ketika belajar. Lingkungan memiliki peran.
"Tidak apa pagi harus ke hotal. Bisa menghindar dari lingkungan ini. Tetangga yang berisik dan menyebalkan. Cukup. Selamat tinggal !" ujar Jarwo setelah memanjatkan doa malam. Doa supaya hidupnya tenang dan esok kegiatan dapat berjalan sesuai rencana.
Sebenarnya, ada jadwal kuliah jam 13.30. Tapi, Jarwo sudah berjanji untuk mendatangi. Mungkin, masih ada 15 menit untuk ke kampus. Jarak antara kampus dengan hotel cukup dekat. Ketika Jarwo melihat google maps, disebutkan bisa ditempuh dalam waktu 13 menit.
"Masih ada waktu 2 menit untuk berlari dari parkiran menuju ke kelas !" ujar Jarwo mengharapkan acara bisa tepat waktu. Tapi, sejak kapan ada acara tepat waktu ? Pasti molor !
***
Pagi tiba, malam berlalu begitu saja. Jarwo bangun dengan keadaan demam. Badannya sakit, Ibunya menyarankan untuk minum obat.
"Tapi, aku belum makan. Aku mau membeli bubur terlebih dahulu !" ujar Jarwo sambil memanasi motornya. Kendaraan di desa biasa dipanasi mesinnya. Menahan dengan menyalakan mesin. Kadang, ada geber-geber terdengar.
"Itu kampungan !" ujar Jarwo ketika tahu tetangganya melakukan hal tersebut.
Bubur Mbah Mujo menjadi tempat tujuan. Di antar dinginnya pagi, Jarwo meluncur menuju desa di samping lapangan. Menemukan jalanan masih sepi, tapi ada mobil yang memenuhi.
"Dasar kampungan ! Kenapa harus pakai mobil ? Biar tahu kalau kalian punya uang buat membeli mobil ? Atau apa ? Pulang kampung pasti buat pamer," keluh Jarwo setelah berbelok. Mendekati tempat berjualan Mbah Mujo, Jarwo tersenyum senang.
"Bakmie satu, Mbah. Tapi, tambah bubur juga satu. Berapa ?"
Tak ada jawaban. Hanya langkah Mbah Mujo mendekati daun pisang. Melipatnya seperti berdoa. Melangkah menuju tumpukan bakmie. Ada sendok kecil diraihnya. Jarwo memperhatikan, sesekali ponselnya dikeluarkan. Mengambil gambar ketika pagi hari pada penjual bubur cukup menyenangkan.
"Semoga ini menjadi pertanda baik !"
Mbah Mujo memberi bonus satu bubur, Jarwo berterima kasih, lalu pergi.
***
Perjalanan ke hotel untuk penyuluhan terasa jauh. Namun, keinginan untuk belajar kian besar. Jarwo bersemangat, meski dia sedang demam. Jarwo tetap berangkat, membawa makanan dan catatan untuk kelas nanti siang.
"Aku bingung harus lewat mana. Setiap jalan pasti macet, merek membawa kenangan masing-masing. Catatan pada tiap jalan harus sama !" ujar Jarwo setelah melewatkan setengah perjalanannya dengan bernyanyi.
Jalan terasa menyenangkan. Menyajikan pemandangan sekaligus impian Jarwo. Impian untuk menjadi polisi.
Hotel Daffam di depan mata, Jarwo merasa heran. Mungkin, baginya terlalu pagi. Ada seorang lelaki mendekat. Menawarkan sebuah percakapan.
"Saya lawyers, Mas. Bekerja sudah lama dan sekarang pengen jadi pengusaha !" ujar lelaki yang nantinya Jarwo mengetahui bahwa namanya Suraji.
"Saya kiran pejuang UMKM juga. Berarti pembicara ya, Pak ?" jawab Jarwo keheranan. Percakapan sebelum acara berlalu begitu saja. Hingga, Jarwo memilih duduk di dekat pendingin ruangan.
"Hanya ini tempat yang dekat dengan sumber listrik. Baterai saya habis," jawab Jarwo ketika diminta pindah tempat oleh panitia.
***
Sebelum masuk, Jarwo dihentikan oleh petugas. Ada petugas mencurigai Jarwo pernah ikut kegiatan serupa.
"Mungkin kita pernah berjumpa, Mbak !" ujar Jarwo singkat.
Kegiatan berlangsung dengan menyenangkan, Jarwo menerima tawaran mengajar dan mendapatkan kue nastar sebelum pulang.
Akhirnya, setiap perjuangan pasti menemukan hasil.
Godean, 13 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H