"Ini pasar tiban khusus edisi ramadhan. Menjadi momen untuk pameran potensi. Bisa juga, pasar tiban ini meningkatkan ekonomi masyarakat di RT ini," ujar Pak RT ketika Handoko bertanya. Pertanyaan heran karena dua tahun di sana, tahun lalu tidak ada pasar. Tiba-tiba, sekarang ramai penjual makanan.
"Dulu karena ada pandemi, jadi pada berburu takjil. Sekarang, belajar memberdayakan masyarakat lokal. Menjual makanan untuk persiapan berbuka," kata Pak RT menjelaskan.
***
Menikmati sore di Yogyakarta sambil mencari takjil keliling mungkin bisa menjadi andalan mahasiswa. Tapi, tetap saja Jarwo kebingungan.
"Jadwal menulisku tidak dapat diganggu ini. Kebiasaan sudah terbentuk ini," keluh Jarwo mengulangi ajakan Handoko. Ajakan untuk mencari hidangan berbuka.
"Sebentar saja, momen menarik ini. Fase jadi mahasiswa di Yogyakarta akan lengkap jika sudah melewati ini," kata Handoko.
"Melewati apa ?"
"Berburu takjil keliling. Berkenalan dengan orang baru. Menikmati sore di Yogyakarta dan berbagai keramahannya. Bukankah itu menarik ?" usul Handoko.
***
Sudah sejak jam tiga sore, Jarwo dan Handoko berkeliling. Mereka menyusuri jalanan. Hanya berbagai penjual makanan ditemui. Tidak ada yang membagikan. Tidak ditemukan pembagian makanan seperti dambaan Handoko.
"Mungkin ini karena masih awal puasa. Jadi, belum banyak yang berbagi takjil keliling, Han," kata Jarwo seperti kecewa.