Mencatat Pagi
Cerpen Yudha Adi Putra
Bangun dengan perasaan bingung. Jarwo menatap ke kanan dan ke kiri. Semua sepi. Tak ada kicau burung. Kokok ayam juga tidak terdengar.
"Bagaimana memulai hari ini ?"
"Mungkin masih banyak pertanyaan bermunculan, tapi apa yang harus dimakan ?"
"Jawaban dan kenangan," begitu kata Jarwo.
Seisi kamarnya berantakan. Semalam, ia tak bisa tidur. Baru ketika kokok ayam terdengar. Kantuk mendatangi Jarwo.
"Semoga hari ini bisa lebih baik dari kemarin, kelak impian itu harus mewujud jadi kenyataan," harapan Jarwo.
Tak lama, ia menyadari bahwa utangnya kian banyak. Jam 12 siang, ia bertemu dengan penagih utang. Banyak permintaan bermunculan, terutama soal bunga.
"Sebentar, Pak. Saya belum punya uang. Semoga setelah tulisan ini laku. Bisa dapat uang untuk sekedar membayar bunganya,"
"Kenapa tidak sekalian dengan utangnya ?" tanya penagih utang.
"Tentu karena saya tak punya uang," jawab Jarwo dengan wajah tertunduk lesu. Ia meraih air di sampingnya. Minum perlahan, merasakan ada kesegaran masuk dalam tubuhnya.