Plastik Pembungkus Mendoan
Cerpen Yudha Adi Putra
        Kali ini, Jarwo memulai hari dengan senyuman. Sudah sebulan, tak ada kabar gembira baginya. Hanya pada pagi ini, sebuah cahaya menembus kamarnya. Cahaya matahari tepat jam enam pagi. Bukan kebetulan, Jarwo terbangun karena ada banyak teriakan. Hanya kesunyian dalam hatinya, tanpa teriakan. Kini, sapaan pertama yang diterimanya adalah kicauan burung.
        "Lama tidak berjumpa ? Apa kamu masih baik-baik saja ?"
        "Harapan apa lagi yang membuatku baik ?"
        Nyata sekali, bayang pertanyaan itu menghampiri Jarwo. Ia bimbang, apa hari esok memberinya jawaban. Kini, pagi dimulai dengan senyuman. Bukan karena dia mampu. Ada sarapan dan sapaan yang mendatanginya.
        "Kita bisa makan enak, sehari tiga kali, tanpa menatap kebencian dalam hari !"
        "Bukan begitu, apa kita bisa memilih ? Aku ingin sekali memilih untuk menjalani hal-hal yang membuat aku senang," Jarwo berharap dalam tulisannya.
        Kantuknya perlahan menghilang. Perut mulai terasa lapar. Ia tersadar, sudah tiga hari belum makan nasi. Hanya pisang dan senyuman saja. Kini, langkahnya mantap menuju sebuah tempat. Untuk menimba harapan.
        "Makan untuk apa lagi ? Kita memang punya pilihan ?"
        Bukan pertanyaan, ia butuh jawaban beserta sarapan. Begitu, dalam hati Jarwo berkeinginan.