Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Penyimpan Bintang

3 Maret 2023   05:40 Diperbarui: 3 Maret 2023   05:47 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                "Aku dari kemarin belum sempat makan, langsung tidur karena kecapaian. Hujan membuat malas," Jarwo mulai mengeluh lagi.

                "Tidak ada pelajaran olahraga. Aku mau olahraga kemarin, tapi malah hanya di kelas. Nonton film pendek lucu. Tapi, tidak ada lucu-lucunya sama sekali,"

Dengan telaten, Bu Hesti mendengarkan kedua anaknya mengeluh. Ia juga menyimpan pertanyaan. Nanti berangkat sekolah, tentu mereka butuh sarapan dan uang saku. Padahal, tempe tak laku. Suaminya, tentu uang tidak ada. Kemarin, sudah dibuat beli kedelai.  Bu Hesti memilih keluar sejenak. Membawa beberapa baju basah. Untuk dijemur.

***

Setelah membaca suasana pagi, Bu Hesti yakin betul. Nanti siang, akan panas terik cuacanya. Ayam-ayam bersemangat mencari makan.  Seolah, mau menemani Bu Hesti menjemur pakaian. Kedua anaknya Bu Hesti masih ribut soal sarapan di dalam rumah. Tak ada yang bisa dimakan. Hanya kerupuk dan tempe apek. Begitu tahu, Jarwo semakin mengeluh.

                "Aku ini ke kampus kuliah. Capai, belajar ini itu. Tapi, makanannya tetap tempe apek. Rasanya tidak enak sekali. Nanti, kalau semakin mengeluh, bukanya diganti malah bilang kalau banyak orang belum bisa makan," gerutu Jarwo dari kamarnya. Ia mempersiapkan banyak buku untuk dibawa. Hari ini, tentu akan menjadi hari yang panjang baginya.

                "Nanti, aku mau jajan. Tidak mau makan tempe. Tapi, sarapan apa sekarang ?" adiknya menambahi.

 Keluhan demi keluhan itu terdengar Bu Hesti. Ia menahan amarah. Menatap langit. Ada mendung di sebelah selatan. Meski demikian, cuaca tetap memberi harapan akan cerah. Tampak dua bintang menyapa Bu Hesti. Seolah, bintang itu memberi semangat baginya. Semangat untuk menjalani kerasnya hari sebagai penjual tempe dan seorang ibu.

                "Sudah, kalian siap-siap sekolahnya dulu. Habis itu mandi, ibu punya lauk spesial untuk kalian. Kalau mengeluh terus, kapan selesainya ?" ujar Bu Hesti sambil tetap menatap bintang. Ia tersenyum senang.

                "Ternyata, ada gunanya juga ikut simpan pinjam. Aku jadi ada sedikit harapan," gumamnya dalam hati.

                "Memangnya sarapan apa, Bu ?" tanya Jarwo dengan bersemangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun