Pangkalan ojek sepi, tak banyak calon penumpang berdatangan. Mereka kalah dengan ojek online. Hanya mangkal di dekat terminal, malah dikira kelompok preman oleh calon penumpang.
      'Kalau begini, bagaimana. Aku ada ide."
      "Gimana, To ? Aku kasih tahu idemu ? Kamu mau bantuin aku ?"
      "Tapi ada syaratnya."
      "Apalagi ? Mau membantu kok malah dikasih syarat. Ikhlas tidak kamu itu ?" tanya Jarwo geram.
***
      Mereka menjalankan ide Sutopo. Ketika orangtua Erni datang bersama beberapa keluarga. Kedatangannya disambut di rumah majikan Sutopo. Selain menjadi tukang ojek, Sutopo juga bekerja sebagai tukang kebun di tempat majikannya. Kebetulan, majikannya sedang pergi. Jadi, bisa digunakan sementara. Itulah idenya Sutopo. Menginapkan calon mertua Jarwo di tempat majikannya. Rumah berlantai dua itu cukup memukau bagi orang desa, begitu pikir Sutopo.
      "Mari, Pak. Selamat datang. Saya Sutopo, supir pribadinya Jarwo. Saya diminta menjemput bapak dan keluarga untuk diantar ke rumah." kata Sutopo ramah pada Pak Marwoto. Mereka bertemu di bandara. Tampak rombongan dari desa itu terheran.
      "Calon suamimu punya supir pribadi, Mbak ?" tanya adiknya Erni pada Erni. Bingung menjawab apa. Erni hanya tersenyum. Dalam hati, ia bangga bisa memiliki calon suami yang kaya. Semoga, kali ini benar dia bisa menikah. Sudah enam lelaki gagal menikah dengannya. Alasannya sama, Pak Marwoto tidak setuju.
      "Baik. Terima kasih. Tolong itu barang bawaan kami dibawakan ya," ujar Pak Marwoto dingin. Sebagai pensiunan tentara, dia tak banyak senyum. Tetap berusaha berwibawa.
      "Siap, Pak !"