Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karcis

10 Februari 2023   19:00 Diperbarui: 10 Februari 2023   19:11 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Karcis

Cerpen Yudha Adi Putra

Sampai di stasiun, Jarwo termangu menatap sebuah kereta. Stasiun dengan hiasan kereta tua menyambutnya. Ia tinggal melangkah ke pintu stasiun. Menuju ke tempat mencetak tiket. Dan menyerahkannya pada petugas. Itu semua malah tak dilakukan. Kebanyakan menatap sekeliling, Jarwo keheranan. Ada banyak orang datang dan pergi. Rupanya, pemuda itu baru pertama kali datang ke stasiun. Dia kebingungan. Dan setelah yakin, ia menuju tempat dimana petugas berdiri. Seperti orang kebingungan, Jarwo mendekat. Tas ransel dipegangnya erat. Takut ada copet.

"Ada apa ya, Mas ? Ada yang bisa saya bantu ? Atau mencari orang ?" tanya petugas itu ramah.

Tapi Jarwo terdiam. Wajahnya terlihat letih. Rambutnya acak-acakan. Bau badannya tercium petugas tadi hingga memperbaiki letak maskernya.

"Kereta ini berangkat jam berapa ya, Pak ? Saya mau pergi ke Solo. Apa Bapak tahu caranya ? Saya harus bagaimana ?" tanya Jarwo sinis, seperti mencurigai petugas tadi. Memakai blangkon, ia terbiasa membantu menaikkan dan menurunkan barang bawaan. Orang menyebutnya porter.

Belum sempat menjawab. Terdengar suara klakson kereta menderu panjang. Porter lain berdatangan, seolah siap menyambut rezeki.

"Nanti setengah jam lagi, Mas. Barangnya mau saya bawakan ?"

Hanya gelengan kepala yang diterima porter itu. Jarwo menuju tempat pengecekan tiket. Memandangi sekeliling. Ada gerombolan pemuda. Seorang lelaki tua membeli kopi. Jarwo terus berjalan menuju tempat menunggu.

"Mari, Mas. Silakan duduk. Saya mau pergi !" seorang ibu-ibu menawarkan tempat duduknya untuk Jarwo. Dia menolak. Senyum sopan ditunjukkan. Masih asyik menatap sekeliling. Ini ternyata yang dinamakan stasiun, gumam Jarwo.

Diambilnya sebatang rokok dan mencari tempat untuk merokok. Tapi tidak ada. Dengan sedikit kecewa, Jarwo menuju toilet. Bingung, bagaimana nanti caranya naik kereta ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun