Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Pagi dan Kicauan Pleci

4 Februari 2023   10:00 Diperbarui: 4 Februari 2023   10:01 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkataan Ibunya itu Jarwo ingat betul. Sebagai seorang Ibu rumah tangga, Ibunya Jarwo pandai menulis. Tulisannya ada di koran lokal. Tidak jarang, dari tulisan itu. Mereka melanjutkan hidup.

"Lalu, apa yang harus dilakukan dengan cerita, Bu ?"

"Lanjutkan cerita hidupmu dan hidupi hidupmu. Cerita yang hidup akan sampai pada pembaca. Bukan hanya sekedar diimajinasikan, tapi dihidupi. Kita turut mengalami."

Jarwo seperti mendapatkan tenaga, ia mengambil keyboard lusuh di kamarnya. Uang didompetnya masih lima puluh ribu dia belikan alat OTG untuk menggabungkan keyboard dengan gawainya. Perlahan, ia menulis cerita. 

Entah, soal apa saja. Pagi ini, ia mengawali dengan puisi hujan pagi dan seorang pemuda yang ingin menjual pleci kesayangannya. Tak terasa sampai siang, Jarwo menulis cerita.

"Mas. Plecimu mati. Belum kamu beri makan ya ? Itu makanannya habis. Minumnya juga," kata Barno pulang dari sekolah. Jarwo tak merespon, ia larut dalam cerita.

Godean, 04 Februari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun