Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dosen Pembimbing

1 Februari 2023   14:00 Diperbarui: 1 Februari 2023   13:59 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dosen Pembimbing

Cerpen Yudha Adi Putra

Semester delapan tiba. Hari terasa berat bagi mahasiswa. Sulit makan. Tidur tak nyenyak. Menanti kabar. Siapa yang menjadi dosen pembimbing. Tak ada yang tahu. Bagaimana proses pemilihan. Kadang, tidak sesuai peminatan. Bisa juga hanya berdasarkan pembagian. Termasuk, siapa paling ingin jadi pemimpin. Suasana itu terasa mencekam.

"Biasanya, dosen akan rapat. Menentukan proposal kita layak maju atau tidak. Kalau tidak, akan ada waktu untuk revisi !"

"Berdasarkan apa ?"
"Sesuai kapasitas. Bisa saja berdasarkan minat. Tak jarang ada mahasiswa kesayangan!"

Kegelisahan mulai dirasakan Jarwo. Hari sudah semakin siang. Ia ingat betul. Nanti jam sebelas harus registrasi. Menanti, siapa yang menjadi dosen pembimbingnya. Kelulusan dan penyelesaian skripsi di depan mata. Dosen pembimbing sangat berpengaruh.

"Jangan sampai dengan Bu Erni. Bisa demotivasi kamu. Menghubungi hari ini, dapat balasan seminggu lagi. Itu juga lupa. Apa yang dituliskan !"

"Siapa pun dosennya. Aku tidak peduli. Kalau dikerjakan. Pasti lulus !" 

Setelah selesai dengan semua urusan organisasi, Jarwo yakin dengan tulisannya di proposal. Banyak harapan. Tinggal sedikit lagi.

"Hanya tinggal enam sks lagi. Masa mau jongkok di depan garis finish?"
"Kalau joki saja bagaimana ?"

Percakapan tentang skripsi tiada henti. Ada yang sampai pindah kos. Tidak cocok dengan suasana. Menulis skripsi perlu keheningan. Pengaruh buruk kawan dihindari. Begitu yang dilakukan Jarwo. 

***

Pengumuman dosen pembimbing sudah tiba. Jarwo mendapatkan tak sesuai harapan. Kebingungan. Bagaimana bertahan dengan didikan Pak Karno. Kesal. Tak ada kesempatan berganti dosen pembimbing. Sejak tahu, ia mulai sibuk mencari informasi.

"Kalau sama Pak Karno itu harus inisiatif. Kalau tidak menghubungi dan merespon. Bisa lama. Dia tidak akan banyak meminta. Jadi, harus berkembang dengan sendiri. Memang menjadi kawan diskusi asyik. Tapi, tidak jarang pemikirannya liar."

Begitu kata Kak Nanda, salah satu kakak tingkat. Dia dulu pernah dibimbing Pak Karno. Selesai dalam satu semester. Keheranan terasa. Tulisan skripsi dibaca singkat. Ada revisi cepat diberikan. Kesan disiplin terasa. Begitu tahu, Jarwo nampak gembira. Hanya dari satu orang, tentu kurang. Jarwo tak menyerah. Kala percakapan setelah rapat organisasi, ia mendekati mahasiswa lain.

"Mas, bagaimana kalau bimbingan dengan Pak Karno?"
"Kalau bisa jangan. Aku dulu dengan dia. Lama selesainya. Tak jarang kemauannya aneh. Ada saja. Tidak bisa diprediksi. Kalau mau sukses dengan dia. Turuti saja kemauannya. Bisa jadi. Skripsimu nanti dijadikan salah satu penelitiannya. Cuma beberapa hal diganti."

Mendapat berita tak menyenangkan, Jarwo mulai berasumsi. Banyak tulisan Pak Karno, apa benar itu dari skripsi mahasiswa. Mungkin sedang mengejar jabatan. Tidak juga, entah. Tak terjawab dan Jarwo juga tak ingin tahu. Hanya, ia ingin sekali lulus meski dengan bimbingan Pak Karno.

Bentuk adaptasi, Jarwo menjadi rajin membaca. Takut, kalau bimbingan pertama menjadi seram. Proposal skripsi ditolak dan berbagai pikiran buruk lain. Hingga, tiap hari Jarwo ke perpustakaan. Membaca buku sejenis dengan skripsinya. Mendekatkan diri dengan kampus. Pada lingkungan dingin. Tapi ramai dalam tulisan. 

"Dosen pembimbingmu siapa, Jar ?"
"Pak Karno ! Memangnya kenapa kalau dengan Pak Karno ? Banyak berita buruk sepertinya !"

"Dia dituruti saja. Bimbingannya rutin. Bisa dua minggu sekali. Pasti cepat kalau dengan Pak Karno. Asal mau dan tekun. Pasti bisa lulus tepat waktu !"
Tentram terasa. Jarwo melangkah dengan bangga. Hatinya berisi kepercayaan diri. Entah nanti akan seperti apa, Jarwo akan berusaha. Di pojok ruangan, ada Pak Karno melangkah. Membaca sebuah koran. Menatap Jarwo yang tengah duduk bersama kakak tingkatnya.

"Besok sore kita bimbingan ya, Jarwo ! Saya senang dengan proposalmu !"

Seperti diguyur es. Perasaan tenang dan tentram. Ada keramahan dirasakan. Pak Karno tidak seseram yang dibayangkan.

"Mungkin karena proposalmu bagus. Mendukung untuk menambah penelitiannya !"
Apa pun itu, Jarwo tidak peduli. Kini, ia mempersiapkan diri untuk bimbingan pertamanya. Membaca beberapa jurnal. Meringkas buku teori. Semua itu dilakukan dengan bangga. Kelak, skripsinya akan selesai dengan bimbingan Pak Karno, Dekan dan calon Profesor.

Godean, 01 Februari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun