"Bukannya kau juga mau pindah tempat bekerja ?"
Andri hanya mengangguk. Ia sudah tidak tahan sebenarnya, teman di kantornya penuh persaingan. Ada yang mendekat, tapi hanya untuk memanfaatkan. Tidak jarang merasa Andri sebagai saingan, lalu menyebarkan berita bohong di kantor.
        "Lihat. Itu dia bisa beli motor baru pasti simpanannya sekretaris kantor. Dia hanya pegawai biasa. Memangnya, dapat uang dari mana ?"
Gunjingan seperti itu kerap didengar oleh Andri. Ia dulu memang dekat dengan sekretaris kantor, Bu Asih. Itu karena mereka satu daerah. Hidup di kota, jika tidak punya teman yang dari tempat asal sama akan menyebalkan bukan ? Banyak perbedaan.
Sudah sepuluh tahun, Andri menjadi pegawai kantor yang bergerak di jasa simpan pinjam dan pengajuan utang. Bisnis itu miliki Pak Darso, salah satu juragan empang di pasar. Karena tidak tahan banyak yang pinjam uang padanya. Ia membuka usaha jasa simpan pinjam lengkap dengan juru pukul kalau tak mampu bayar bunga. Apalagi, lokasinya dekat pasar. Tapi, kini Pak Darso sudah meninggal dan usahanya berkembang pesat hingga memiliki tiga cabang.
***
        Malam menjadi panjang bagi Andri, bukan karena malam jumat. Tapi, ia terbangun pukul sebelas malam dan tidak bisa tidur lagi.
        "Kau ini kenapa, Mas ? Dari tadi tidak tidur. Gangguin orang mau tidur saja !" keluh istrinya Andri.
        "Bagaimana kalau kita membuat empang di atas rumah ? Aku kepikiran itu !" usul Andri.
        "Kalau hujan bagaimana ? Lagian, kolam kok di atas rumah. Nanti bocor bisa basah semua. Sudah aku mau tidur saja !"
        Andri melanjutkan malam dengan kebingungan. Ide membuat empang tak datang begitu saja. Ia bermimpi bertemu lelaki tua menghitung uang di tepi empang. Lelaki itu punya banyak empang dan Andri mendapatkan tugas untuk menagih utang.