Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sentir

23 Januari 2023   13:00 Diperbarui: 23 Januari 2023   13:08 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sentir

Cerpen Yudha Adi Putra

                Malam sebentar lagi tiba. Sumbu untuk sentir belum terganti. Masih hitam legam karena tadi pagi bercampur air hujan. Tak sempat dimatikan. Sentir sudah mati sendiri. Minyak tanah sebagai energi utama, sudah habis. Menyala sepanjang malam sudah menjadi tugas Sentir. Sebuah pembakar minyak tanah dengan sumbu lusuh seperti kolor.

                Sentir menjadi penerang ruangan di tiap rumah penduduk desa. Hampir setiap rumah punya. Menemani percakapan hingga larut malam sudah biasa. Sentir bisa mendengar rencana menanam esok hari para petani. Ia tahu percakapan maling di balik dinding bambu.

                "Matikan dulu sentirnya !"

                "Iya. Benar juga !"

                Baru setelah sentir mati, maling bisa bekerja dengan nyaman. Untuk yang bisa merasakan. Sentir mati bisa menjadi suatu tanda. Entah angin malam yang bertiup kencang. Bisa juga ada maling berdatangan.

                "Kenapa sentirnya mati ?"

                "Mungkin karena angin semalam. Lihat saja, minyak tanah masih penuh dalam botolnya. Semprong juga tak kelihatan kotor. Pasti karena angin!"

                "Bukan maling ?"

                Percakapan antara suami istri itu didengar sentir. Rasanya, ia ingin memberi tahu. Kalau semalam ada maling mampir. Mau mengambil barang di rumah. Tapi keburu pergi. Kakinya menginjak paku berkarat dan kesakitan. Ada juga rombongan ronda dengan sentir yang datang. Rumah pojok desa memang nyaman untuk dimaling. Kalau mau lari, tinggal menuju sawah. Pasti aman tidak terkejar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun