"Lihat sendiri kebiasaanmu ! Makan tidak teratur, merokok, belum lagi kamu tidak pernah olahraga. Memangnya, kapan terakhir kali kamu makan sayuran ?" tanya istri yang lima tahu lalu dinikahinya. Meski mereka belum mempunyai anak. Â Â Â Â Â Â
Jawaban dan pertanyaan itu membuat Hendri kesal. Ada yang lebih menjengkelkan lagi, rasa gatal tak kunjung hilang dari tubuhnya. Padahal, sudah banyak usaha dilakukan. Dari membeli obat di pasar sampai mencoba ramuan keluarga. Perasaan Hendri juga semakin marah. Bagaimana tidak, banyak rekan bisnis travel mulai menjauhinya. Takut, nanti ketularan gatal-gatal.
"Ini tidak menular !" kata Hendri.
"Tapi itu menjijikan ! Mulai saat ini, kita tidak usah promosi travel bersama. Setidaknya, sampai penyakit anehmu itu sembuh !" bentak teman kerja Hendri.
Sebagai salah satu sopir travel sekaligus tukang promosi perjalanan, relasi menjadi penting bagi Hendri. Karena sehat begitu berharga dan ternyata berdampak pada relasi dengan kawannya, Hendri memantapkan langkah kembali. Ia menguatkan hati untuk mandi dan menjalani saran dari temannya. Makan sayuran dan mandi pada pukul dua belas malam.
Malam pertama mandi, Hendri merasakan segar. Tapi, paginya ia masuk angin. Minta dikeroki oleh istrinya.
"Kalau dikeroki, nanti gatal-gatalmu menjadi luka !" jawab istrinya.
"Lalu, bagaimana ?" tanya Hendri.
"Tahan saja ! Aku berikan paracetamol !"
"Kata temanku, tidak boleh ada obat-obatan selama proses penyembuhan dengan mandi malam ini!"
Istri Hendri geleng-geleng. Ia nampak kesal. Hendri merasakan pening dan gatal. Berat badannya turun karena tak makan makanan kesenangan. Tapi, ia merasakan pikirannya sedikit jernih. Meski gatal-gatal tetap terasa.