Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tatapan di Pasar Malam

21 Januari 2023   22:30 Diperbarui: 21 Januari 2023   22:34 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tatapan di Pasar Malam

Cerpen Yudha Adi Putra

Ada panggilan masuk di gadget. Sebuah nomor yang belum pernah disimpan oleh Yudhis. Sengaja dibiarkan tak terjawab. Yudhis seperti ketakutan. Ada apa lagi ? Sekarang siapa lagi menghubunginya ? Menganggu waktu bersantai saja !

                Hari menjelang panggung boneka memang penuh persiapan. Itu untuk perayaan Natal anak di gereja. Biasanya, hanya ada sinterklas dengan perut dibuat gendut, nyanyian natal, dan kado untuk anak-anak. Tapi, tahun ini beda. Rencana mau ada panggung boneka. Semua anggota komisi Anak persiapan, tak terkecuali Yudhis. Ia membantu membuat boneka. Awalnya, ia begitu bersemangat. Memotong bambu. Mengukur sesuai kebutuhan untuk tangkai panggung boneka. Apalagi, ketika mendengar Natal Anak. Seolah, ingin semuanya yang terbaik untuk anak-anak.

                Tapi, sehari sebelum perayaan dimulai. Yudhis enggan membantu persiapan. Ada telpon masuk tadi, ternyata dari Walidi. Salah satu rekannya di Komisi Anak.

                "Angkat dulu ! Ini aku mau tanya soal bambu dan tongkat untuk panggung boneka. Sudah mau persiapan, tapi belum ada," teriak Walidi dalam telpon. Yudhis hanya menjawab seperlunya.

                "Iya, memang belum ada,"

                "Terus bagaimana ? Sudah jam segini ! Masa tongkat untuk boneka belum ada !" Walidi mulai panik. Suaranya dalam telpon terdengar jelas. Ada perasaan tergesa-gesa. Sebenarnya sama, ingin yang terbiak untuk acara panggung boneka.

                "Iya,"

                "Sudah ! Aku tolong kirimi nomornya Gilang saja !" teriak Walidi. Telpon dimatikan.

                Begitulah yang membuat Yudhis kesal. Mereka telpon dan menghubungi ketika ada perlu saja. Seolah, tugasnya itu hanya mengerjakan kehidupan di gereja. Entah itu dekorasi, nyanyi, atau apa saja tentang ritual. Yudhis juga mulai berusaha menghindar dari pertemuan di gereja. Soal apa saja, kalau harus diminta ke gereja. Selalu alasan dicarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun