"Eh, Yudhis. Selamat siang, mau main. Tadi ada rencana kunjungan di daerah Godean, tapi tidak ada yang menemani. Jadi aku ke sini dulu," sapa Nathan.
        Yudha tersenyum. Dalam hati, ia penuh pergumulan.
"Jadi, sebenarnya ke tempatku hanya sebagai pelarian saja ? Kalau ada yang lebih menjanjikan, pasti tidak ke sini. Lagian, pendeta mana yang mau berkunjung ke tempat miskin seperti milikku, kecuali dalam rangka mencari muka untuk pencitraan."Â
        "Oiya, tadi. Aku menelponmu. Mungkin, kamu sedang sibuk. Aku tanya tetangga sekitar akhirnya," lanjut Nathan.
        Sebagai seorang pendeta, hampir banyak orang menyukai Nathan. Bukan karena kehalusannya saja, tapi kerajinannya berkunjung. Secara fisik, Nathan juga tampan. Cukup menjanjikan untuk menjadi publik figur yang disebut pendeta. Hanya saja, perasaan tidak enak tetap di rasakan oleh Yudhis. Mungkin, karena Mbah Sutiyem datang dan permintaannya aneh-aneh.
        Mereka lalu mengobrol tentang banyak hal. Dari hobi yang dilakukan oleh Yudhis, tanaman berpotensi ditanam, burung yang lepas, jadwal paduan suara wilayah, hingga makanan khas di desa Yudhis. Untuk masalah ini, Yudhis berusaha menyembunyikan perasaan laparnya. Selain tidak punya uang, ia takut kalau Tony sahabatnya tidak kunjung datang. Kalau Tony datang, paling tidak akan ada kawan untuk bercerita buat Nathan.
        "Lho, ada Mas Tony juga. Rame-rame siang begini. Ini, Ibu ada roti sama air putih. Nanti di makan ya," ucap Bu Arti membawa beberapa roti dan dua botol air mineral. Selepas pulang dari ladang, ia menghutang di warung Mbah Parjo supaya bisa memberi makan tamu yang datang. Nanti, tidak enak kalau tidak ada makanan. Bisa jadi omongan, apalagi pendeta datang berkunjung.
        Sampai hampir sore, roti dan air mineral tak tersentuh. Tidak ada yang mau makan. Yudhis seolah memberi isyarat pada Tony.
        "Orang ini hanya mau dilayani. Biasanya pilih-pilih. Datang mungkin dalam rangka mencari muka," ujar Yudhis pada Tony, tepat ketika Nathan berpamitan untuk pulang.
        Berganti hari, Tony mengirimkan sebuah gambar melalui Whatsapp. Gambar makanan enak dan jus buah, sepertinya jus alpukat kesukaan Yudhis.
        "Kalau roti dan air putih tidak difoto ya ?" tanya Tony.