Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemilik Bengkel Sepeda yang Tidak Mau Pergi dengan Istrinya

16 Januari 2023   19:02 Diperbarui: 16 Januari 2023   19:14 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pemilik Bengkel Sepeda yang Tidak Mau Pergi dengan Istrinya

Cerpen Yudha Adi Putra

Setiap ada kerusakan sepeda, petani dan pedagang di desa selalu menuju ke tempat Lik Karyo. Bisa berjarak beberapa desa, tapi tetap berangkat. Bengkel sepeda mulai langka. Sekarang kebanyakan memakai sepeda motor, bahkan untuk sekedar merumput di sawah dan berbelanja di pasar yang jauhnya tak seberapa.

                "Permisi, Pak. Saya mau bertanya, rumah Lik Karyo sebelah mana ya?" tanya seorang ibu penjual jeruk yang sepedanya rusak. Ia mendorong sepeda sejak dari pasar. Menyusuri gang-gang desa dengan modal petunjuk rumah dekat kuburan samping penjual kayu bakar.

                "Itu Bu, Ibu tinggal lurus saja. Nanti ada pertigaan dekat kuburan, belok kanan. Rumahnya Lik Karyo menghadap ke arah selatan. Ada dua burung perkutut dan banyak sepeda bekas. Nanti Ibu pasti hanya bertemu salah satu, Lik Karyo atau istrinya" ujar pemilik warung kecil di dalam desa.

                "Baik, Bu. Terima kasih ya, di warung ini apakah ada koyo Bu ? Kaki saya pegal setelah mendorong sepeda," tanya Ibu tadi.

"Tidak ada, Bu. Nanti sekalian di tempat Lik Karyo saja, Bu. Istrinya buka warung juga, koyo pasti ada!" balas pemilik warung sambil menunjuk sebuah arah.

Berjualan dengan warung kecil memang menguntungkan dan membantu keluarga. Setidaknya, kalau kecap habis tidak perlu ke pasar. Tinggal melangkah beberapa langkah saja sudah bisa beli kecap. Kalau beruntung, boleh ngutang dan bisa di dapat tengah malam asal tidak malu mengetuk pintu. Itu semua fasilitas mudah karena yang jual adalah tetangga.

                Istri Lik Karyo juga membuka warung di rumah. Warungnya berjualan aneka kebutuhan sehari-hari. Meski sederhana, tapi ada saja keperluan dapat yang bisa membantu tetangganya. Kalau pagi, ibu-ibu akan memadati halaman depan rumah Lik Karyo. Tapi, saat itu pasti Lik Karyo tidak di rumah. Padahal, tempatnya strategis. Selain karena menjadi jalan setelah pulang senam pagi, di sana ada penjual sayur keliling yang sepakat berhenti sejenak di depan pos ronda dekat rumah Lik Karyo.

***

                "Kenapa sendirian Pak ? Ibunya dimana?" tanya Pak RT pada Lik Karyo ketika acara kondangan di balai desa.

                "Tadi saya sekalian beli barang buat memperbaiki sepeda. Jadi, dia nanti berangkat sendiri. Takut tidak bisa ikut karena motor penuh dengan barang," jawab Lik Karyo ringan.

                Seperti biasa, mereka masuk ke acara resepsi dan menikmati makanan. Tampak istrinya Lik Karyo datang, melihat hal itu. Lik Karyo langsung pamit pergi meninggalkan acara kondangan.

                "Sebenarnya, kenapa Lik Karyo tidak mau pergi bersama dengan istrinya ya?" sebuah pertanyaan keluar dari mulut Pak Bagyo, salah satu langganan servis sepeda di tempat Lik Karyo.

                "Mungkin mereka ada masalah, jadi Lik Karyo tidak nyaman. Kalau tidak percaya diri, sepertinya tidak. Istrinya Lik Karyo cantik, meski berjualan di depan rumah. Ia juga menjadi guru tari. Kata temanku, istrinya dulu waktu muda juga main teater," balas Pak Darso sambil menyalakan rokoknya.

                "Apa masalahnya? Selingkuh ya ?" tanya seorang lelaki berbaju hitam ikut penasaran.

                "Buat apa coba, Lik Karyo itu orangnya menerima. Banyak yang senang waktu memperbaiki sepeda di tempatnya bukan karena sepedanya jadi baik. Tapi, dia orang misterius yang menyenangkan. Kalau diajak berbicara tidak menyebalkan atau mungkin karena jarang berbicara ya?" ujar Pak RT. Seolah ia mengenali betul warganya.

***

                Karyo ingat betul, saat dia remaja dan hari dimana kedua peti itu sampai di rumahnya. Peti yang hanya berisi dua foto orang paling berkesan dalam kehidupannya.

                "Padahal, saya termotivasi oleh kedua orang tua Karyo. Mereka contoh keluarga yang mesra, kemana saja bersama, bahkan meski sudah usia pernikahan belasan tahun. Tetap mengagendakan bulan madu bersama," ujar seorang pemuka agama ketika melayankan ibadah penghiburan.

                Peristiwa kehilangan kedua orang tua karena pesawat jatuh dan tenggelam di laut membuatnya takut bersama orang yang kini menjadi istrinya.

                "Kita tidak boleh selalu bersama, bukan karena aku tidak sayang padamu. Tapi, aku tidak mau anak kita merasakan kehilangan kedua orangtua sekaligus. Kalau aku mati, setidaknya masih ada kamu dan sebaliknya," ujar Lik Karyo pada istrinya.

                Perempuan yang jatuh hati pada kesederhanaan Karyo itu hanya tersenyum. Ia tak melawan, karena memang Karyo itu sederhana dalam sikap, tapi mewah dalam karya.

                                                                                                                                Gancahan 5, 16 Januari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun