"Kalau kamu mau, aku bisa bawakan lagi besok. Kebetulan, aku akan memasak nasi goreng spesial," ucap Harto. Wajah kegirangan nampak. Ia kini tak mempedulikan beberapa teman yang sejak tadi mengintip mereka di balik tembok kantin.
        "Ibuku sudah meninggal karena sakit, jadi aku merindukan masakannya," Ucik berkata seperti itu dan air mata mulai nampak di matanya.
        "Maaf, aku tidak tahu. Kamu hebat sekali," hanya ucapan itu yang terucap oleh Harto.
        Bel tanda istirahat usai mulai terdengar. Seluruh siswa SMP mulai bergegas ke kelas. Seolah siap bertemu dengan guru dan menikmati pelajaran selepas istirahat siang. Dambaan akan pulang cepat tentu dinantikan.
        "Sampai bertemu nanti," pamit Harto.
        Ucik belum sempat menjawab. Harto seperti terburu menuju kelas. Malu, senang, dan takut bercampur. Bagaimana nanti pulang sekolah ? Harto tidak tahu. Harapannya tentu bisa berpisah dengan indah sebelum pintu mobil ayahnya Ucik menutup.
        "Jangan dekati anakku lagi. Dasar anak pengemis miskin ! Sudah mending kamu dapat kesempatan untuk sekolah," bentakkan itu masih teringat jelas oleh Harto.
Telah lama mencari kesempatan untuk berjumpa, Harto tak bisa menemui Ucik lagi. Akhirnya, waktu berjalan hingga Harto tahu bahwa anak Ucik bernama Alvin saat ini menjadi kekasih Roni, anaknya sendiri. Meski hanya cinta monyet, Harto selalu tersadar bahwa setiap masa memiliki patahan ceritanya masing-masing.
        "Dulu kita ya, sekarang anak-anak. Semoga kamu berbahagia, meski telah lama mencari kesempatan. Kita berjumpa dengan kondisi seperti ini," ucap Ucik ketika sama dengan Harto menunggu anak mereka pulang sekolah.
 SMP N 3 Godean, 12 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H