Semua penduduk bersorak dengan suaranya masing-masing. Kebanyakkan dari mereka setuju, tapi yang tidak setuju memilih berjalan perlahan untuk meninggalkan lapangan.
     "Bagus, ide Agung berhasil," kata Dio dengan lembut.
     Akhirnya, pasar malam diadakan di lapangan desa. Itu semua berkat tangisan anak pasar malam yang direncanakan oleh Agung. Hanya anak-anak dan pengelola pasar malam yang tahu. Bagi mereka yang tidak setuju, pulang dengan banyak gerutu.
     "Siap-siap saja, jalanan di kampung menjadi jelek. Nanti, pasti lapangan menjadi rusak kalau dipakai buat pasar malam," ujar seorang lelaki.
     "Aku mau cari pawang hujan, biar hujan terus turun waktu malam hari. Tidak ada pasar malam, biar bangkrut saja. Menyebalkan sekali, kalau malam pasti berisik ini," keluh seorang petani, bapaknya Agung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H