Rencana Menjebak Burung
        Memang, hari libur menjelang semster delapan terasa amat panjang dan membosankan. Satu hal harus dijalani, tapi kadang dihindari. Skripsi. Namun, bagaimana lagi, itu menjadi pembuktian atas empat tahun perjalanan. Semoga Yudha bisa melaluinya. Pasti bisa, dia penulis hebat.
        "Alarm sudah kuatur pukul empat pagi. Rencana selanjutnya menentukan tujuan perjalanan. Akan menyenangkan berjuang di hari Kamis," harap Yudha sebelum tidur. Tidur malam memang menjadi kebiasaannya. Kalau tidak, bisa kebingungan. Ada saja yang dikerjakan. Menulis cerita. Membaca cerita pendek. Memberi catatan pada skripsi. Kadang, aku merasa itu menyenangkan.
        Sebelum hari berganti, aku mengamati ada perubahan dalam perilaku Yudha. Nampak menjadi pendiam. Apa karena semester delapan ? Bisa juga bukan. Mungkin hanya karena bingung mau mengerjakan apa. Hanya satu hal sebenarnya, ada pada fokusnya. Keinginan memang banyak sekali dari bangun pagi sampai tidur lagi.
        Seperti pagi biasanya, Yudha tetap susah bangun. Alarm hanya menjadi penanda saja. Semacam pengantar supaya tidur lebih nyenyak. Aku melihatnya, ingin membantu membangunkan. Tapi, aku hanya ikan peliharaan. Ikan cupang berada dalam botol dengan senyuman supaya diberi makan. Aku sebenarnya tahu cerita soal Yudha. Apa saja yang ditemuinya. Kesendiriannya di kamar sering aku yang menemani. Kenapa perlu bercerita soal itu ? Tentu saja karena rencana menangkap burung sudah di mulai. Kemarin saja, ada setidaknya tiga video tutorial menangkap burung sudah dilihatnya.
        "Ini pakai botol. Ada penangkap dengan lem tikus. Tapi, itu tidak pernah berhasil. Bagaimana kalau mencoba cara lain. Ada tidak cara menangkap burung dengan jebakan yang mudah dibuat. Tidak membuat gatal-gatal karena harus ke sawah. Tinggal burung datang lalu ditangkap ?" gumam Yudha. Aku memperhatikan dia melihat banyak cara. Kemarin saja, pakai botol malah tidak berhasil. Memakai lem, ternyata malah tangannya terkena lem. Aku juga kena dampaknya, akuarium tempatku tinggal dipakai untuk merendam permen karet. Itu bahan untuk membuat jebakan burung.
        "Ada kesepian tak berujung dan kebingungan tentang tindakan selanjutnya ?" tanya seorang teman Yudha.
        "Aku tidak mengerti. Rasanya rumit sekali. Hari berganti pada kesempatan tak kunjung datang. Pencarian menjadi kesiaan pada kesederhanaan ?" Yudha menjawab.
        "Maksudmu ?" pemuda tadi nampak kebingungan. Ada percakapan memerlukan kejelasan. Bisa juga bukan, betapa persoalan hidup sebenarnya hanya soal salah paham. Aku sebagai ikan juga demikian, hanya menatap ikan lain bisa saja bertengkar. Pada kepentingan masing-masing.
        "Begitulah. Aku berusaha menghibur diri dengan menangkap burung. Cara sederhana bukan ? Tapi percayalah, itu rumit sekali. Bukan tanpa alasan setiap kedatangan menjadi kematian mereka ? Atau kehidupan terhenti pada kurungan ? Bisa juga terlepas, tapi cara menangkapnya itu bagaimana ? Aduh, banyak sekali pertanyaan muncul," Yudha menjelaskan pada kawan lamanya itu. Mereka tertawa bersama sebelum menyalakan rokok.