Misa Sederhana
Cerpen Yudha Adi Putra
"Kring.. Kring.. Kring," hentakan lonceng oleh misdinar mulai terdengar. Imam berucap doa sembari beberapa dari umat menyahutnya. Pagi itu, auditorium berhasil disulap menjadi tempat misa sederhana. Tapi, ada nuasa rasa khidmat, terutama bagi orang yang jarang ikut misa seperti Bagas.
        "Kalau ikut misa, ternyata lumayan lama ya," kata Bagas pada kedua teman di sampingnya.
        "Ah, tidak. Ini tadi, cepat. Biasanya, kalau imamnya bikin ngantuk. Bisa tidur kamu," celetuk Dio.
        Bagas melihat sekeliling, nampak beberapa wajah dikenalnya. Tapi, kebanyakan dari mereka adalah wajah-wajah baru menurut Bagas.
        "Setelah ini apa lagi acaranya?" tanya Bagas pada adik kelas yang duduk di depannya.
        "Nanti ada drama, pembagian hadiah, terus foto bersama dan makan siang. Setahuku itu saja, Mas." lelaki dengan seragam panitia warna kuning itu menjelaskan.
        "Wah, ada pembagian hadiah. Semoga dapat kompor, lumayan buat masak. Hahaha," Bagas tertawa.
        Audiorium menjadi tempat perayaan misa bersama antara alumni dan siswa SMK N 2 Depok Sleman. Setelah misa sederhana itu usai, suara lirih Bagas masih saja terdengar menyanyikan sebuah lagu secara sepotong-potong, sesuka hatinya. Lagu doa bapa kami. Bagas merasa lagu itu berkesan. Sesuai dengan kesempatan untuk merayakan natal bersama dengan kawan lamanya. Ia berusaha untuk mengenang kembali, beberapa tahun setelah lulus dari sekolah itu. Ada apa saja yang berubah, banyak hal. Tapi tidak dengan sorot mata guru-gurunya, gurauan dengan teman-temannya, dan jamuan setelah misa. Ada drama natal dan makan bersama.
        "Mas, ayo maju duduk di depan. Masa di depan kosong. Kebiasaan, duduk di belakang yang depan dibuat kosong," ucap pembawa acara meminta beberapa alumni untuk pindah tempat duduk.