Cat Merah
Cerpen Yudha Adi Putra
"Sekarang kau pulang. Jangan temui anakku lagi!" kata Pak Lurah.
Lelaki itu kemudian mendekati motor tuanya. Ia pulang tanpa membalas ucapan Pak Lurah.
"Kata Bapakmu. Aku tidak boleh menemuimu lagi,"
"Sabar ya, Mas. Pelan-pelan. Kita pasti bisa,"ucap Asih ketika dijemput oleh Aji. Hujan turun dengan deras. Mereka berteduh di depan kios bercat merah.
"Mas, kalau kita besok punya mobil pasti bisa pergi tanpa kehujanan,"
"Benar, Dek. Tapi, asyik lagi kalau bisa jadi pawang hujan. Dapat uang dan tidak kehujanan," jawab Aji.
"Ah, Mas ini. Memangnya masih ada yang jadi pawang hujan. Hujan kok diatur," belum sempat Aji membalas ucapan Asih, tiba-tiba ada suara gemuruh dan kilat membelah langit.
"Nanti bagaimana pulangnya ? Aku takut dimarahin Bapakmu lagi," tanya Aji mulai cemas.
"Bisa turun di depan gang saja. Tapi, Mas Aji bisa berbelok di sana ?," Asih menjawab.