Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Barang

17 Desember 2022   19:45 Diperbarui: 17 Desember 2022   19:50 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                Aku mengangguk dan tersenyum kagum pada kawanku itu. Tomi lalu mengeluarkan selembar kertas dari tas lusuhnya. Ia menceritakan gambaran perpustakaan yang mau dibangunnya.

                "Begini, Yudha. Maaf sebelumnya, perpustakaan ini akan sedikit memotong area sawah. Lalu, ada jalan sedikit untuk masuk lewat samping. Sesuai pesanan Doni, ada ruangan khusus penyimpanan di belakang. Nanti ruangan itu untuk mengirimkan dan menerima barang. Apa kau paham ?"
                Aku bingung dan sedikit curiga dengan apa yang dimaksud Tomi dengan barang.

                "Lalu, mau mulai kapan pembangunan perpustakaan ini ? Kenapa ada tempat penyimpanan limbah juga ?" tanyaku.

                Kertas gambar itu dimasukkan lagi dalam tas.

                "Menjelang akhir tahun, akan banyak acara penting. Kita harus berkreasi dengan memanfaatkan perpustakaan ini. Siapa tahu, ada kegiatan yang dilakukan di perpustakaan. Itu jadi ajang promosi, limbah perpustakaan. Menurut Doni itu akan mendukung perkembangan literasi dengan pemanfaatan sampah. Aku juga dijanjikan uang yang banyak untuk mengembangkan perpustakaan. Jadi, kita bisa membantu masyarakat biar dapat bacaan,"

                Aku mengangguk-angguk. Tomi memang sudah berubah. Dia memiliki impian baik untuk desanya. Dahulu, mungkin orang mengenalnya sebagai peminum dan pemabuk. Tapi, setelah pulang merantau. Dia menjadi peduli dengan literasi. Kecurigaanku sedikit mereda mendengarkan penjelasannya.

                "Sekarang aku punya banyak kawan yang bergerak di kegiatan literasi masyarakat. Mereka mendirikan perpustakaan. Ada becak pustaka, angkringan literasi, gubug baca, dan kreasi perpustakaan lainnya. Bagaimana menurutmu, Yudh?"

                "Bagus, kau sudah banyak berubah ya,"jawabku.

                "Kamu tidak tertarik untuk bergabung dengan pengiat literasi pedesaan seperti aku?"

                Aku menggeleng. "Aku tidak punya waktu. Aku sekarang sibuk menulis dan bertani. Gampang lelah kalau bertemu banyak orang. Aku juga tidak pandai membangun relasi luas seperti dirimu. Jadi tidak mungkin mendirikan perpustakaan dan jalan-jalan ke kota seperti dirimu," kataku mencoba beralasan.

                Tomi lalu menceritakan enaknya jadi pegiat literasi dan kesempatan dapat dana dari pihak asing seperti Doni. Uang dapat datang dengan mudah. Kepercayaan masyarakat meningkat. Kalau mau pergi, tinggal bilang mau penelitian literasi. Nanti, ada Doni yang membiayai asal disediakan tempat untuk meletakkan barang di perpustakaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun