Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita di Hari Kamis

15 Desember 2022   16:40 Diperbarui: 15 Desember 2022   16:39 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita di Hari Kamis

Cerpen Yudha Adi Putra

Yudha memulai hari dengan doa pagi. Sapaan kecil pada burung peliharaannya tidak terlupakan. Belum sepenuhnya dia bangun, kantuk masih terasa. Ia memberi makan burung kesayangannya. Ada Jeki, Jeje, dan Tokie. Semua diberi pisang oleh Yudha. Kicauan burung itu menemani pagi Yudha hingga dirinya tersadar kalau ada kelas pagi.

"Sudah jam enam lebih dua puluh. Tapi aku belum mandi. Racikan untuk makanan burung juga belum siap, bagaimana ini Jeki ?" sapa Yudha pada burungnya. Seolah ingin mengajak burung itu percaya. Itu menjadi kebiasaan pagi Yudha. Burungnya memang banyak dan semua diberi nama.

"Yudha, ayo mandi dulu. Sudah mulai siang, ada kelas pagi atau tidak ?" ujar Bara. Bara mendekati dimana Yudha memberi makan burungnya.

"Sebentar, kamu dulu saja yang mandi. Aku masih memberi makan burungku. Kamu masuk sekolah juga ? Bukannya ujiannya sudah selesai ?" Yudha menjawab sapaan Bara, adiknya.

"Baiklah. Itu ada kue. Kalau mau bisa untuk sarapan. Tolong dibagi ya," pinta Bara sembari membawa handuk untuk mandi.

Bara mandi terlebih dahulu, gantian nanti baru Yudha yang mandi. Begitulah suasana pagi kalau Yudha kelas pagi. Mereka bergantian kamar mandi dan buru-buru.

***

Sampai di dekat SMA N 1 Godean, Yudha merasa perlu untuk membeli makanan. Kelas pagi memang menyita perhatiannya. Ia belum sempat sarapan. Roti bekal pemberian adiknya hanya dibawa. Mungkin, baru nanti siang dimakan. Kalau untuk sarapan pagi, Yudha tetap memilih untuk membeli nasi. Ia bingung antara nasi kuning atau nasi uduk yang akan dibelinya.

"Nasi terenak pagi ini apa ya, Bu?" tanya Yudha dengan penjual nasi di dekat jalan itu. Yudha menghentikan sepeda motornya. Menyapa beberapa satpam yang selesai jaga malam dan membeli nasi.

"Mas Yudha mau makan apa? Pedas atau tidak?" sapan Ibu penjual makanan. Ibu itu biasa disapa Bu Tuminem oleh anak-anak.

"Jangan yang pedas. Nanti sakit perut, ada kelas pagi ini. Saya terburu-buru. Nasi uduk saja satu, pakai ayam ya, Bu ?" pinta Yudha sambil memperhatikan ibu itu melayani pembeli yang lain.

"Siap"

Sembari menunggu dibuatkan nasi uduk, Yudha mengamati sekitarnya. Ada siswa SMA yang terburu-buru. Ada pegawai kantor yang mengendarai motor dengan cepat. Semua seolah tergesa-gesa di jam menjelang pukul tujuh itu. Namun, ada pemandangan menurutnya yang menarik. Seorang pemuda dengan memakai motor klasik dan menggendong kurungan burung. Pemuda itu tampak santai, tidak terburu-buru dan malah memberi jalan bagi mereka.

"Enak ya, jam pagi pada sibuk tapi dia malah bawa burung. Hidupnya santai sekali. Memberi makan burung dan jalan-jalan pagi. Kapan dia bekerjanya ya ?" Yudha mengatakan itu pada pembeli nasi uduk yang mengantre setelahnya.

"Itu pekerjannya, Mas. Bawa kurungan sama nanti lomba burung. Sulit, Mas. Dia merawat burung, bahkan sampai dirinya sendiri mungkin tidak terawat. Semua dilakukan yang penting burungnya bisa sehat dan berkicau dengan merdu," jawab bapak-bapak paruh bawa. Rupanya, bapak itu juga memelihara burung di rumah. Pekerjaannya menjadi satpam bisa mendukung karena punya sedikit waktu untuk mengurusi burung.

***

Sesudah sampai di kampus, Yudha langsung menuju ruang kelas. Kelas pagi ini berada di lantai tiga. Ada sedikit tenaga ekstra yang dikeluarkan. Kalau pagi, kampus menjadi ramai mahasiswa dengan kewajiban kuliah pagi. Pemandangan jauh berbeda dengan kondisi Yudha di rumah. Tidak ada burung di kampus. Tidak ada percakapan mengenai kroto, gantangan, dan cara merawat burung. Percakapan di kampus soal akademis, dari kebaikan Tuhan sampai pada bagaimana menyembuhkan orang sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun