"Hah? Kenapa bercerai ? Kalian mau bersalah ?"
        "Saya tidak tahan lagi. Rasanya, ingin hidup sendiri dan masing-masing tidak saling mempengaruhi. Mungkin, itu menjadi pilihan terbaik bagi kami. Kami sudah berdiskusi, tapi istri saya tidak mau bilang ke Pak Pendeta,"
        "Kalian berdosa!"
        Timeo kesal dan hanya menangis tak mengerti apa yang menjadi perasaannya. Begitulah Timeo dan ia tak mengerti bahwa kekerasan diterimanya dengan melakukan apa perkatan orang yang berbaju hitam kalau hari Minggu itu. Sebuah otoritas palsu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!