Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru dan Peran Kehadiran

11 November 2022   22:30 Diperbarui: 11 November 2022   22:37 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kehadiran dan Peran Guru

Yudha Adi Putra

Jika kemajuan murid disanjung semata sebagai tolok ukur keberhasilan teknologi, ada baiknya pandangan ini kita tinggalkan sebentar. Kemajuan murid hanya gambaran kecil bagi perkembangan belajarnya, tetapi perhatian guru dalam mengajar serta mendidik menjadi kurang diperhatikan, tentu adalah sebuah kemunduran peradaban. Ketika memperhatikan kisah di masa lalu, ada gambaran guru yang sedemikian rupa dihormati. 

Tidak hanya karena ilmunya, akan tetapi ada penghargaan terhadap kemampuannya mendidik murid-muridnya. Lalu, bagaimana dengan saat ini, ketika ilmu bisa dengan mudah dicari di internet dan mungkin saja guru tidak lebih pintar dari muridnya. Dalam hal tertentu dapat terjadi, apalagi kemudahan akses teknologi mendukung akan perkembangan murid lebih maju dalam ilmu pengetahuan.

Kemajuan pendidikan diharapkan dapat menjadi cara supaya masyarakat sejahtera, bahkan dengan melupakan siapa yang mendidiknya dan itu dapat mudah dijumpai saat ini. Kesenjangan juga terjadi, ada sekolah dengan kemajuan aktivitas belajar dan ada sekolah lain dimana fasilitas saja tidak ada untuk belajar. Guru, seorang yang menjadi harapan tapi kalau sudah sukses kadang dilupakan. 

Mengubah pandangan yang dikatakan tradisional menjadi pandangan kritis siap menatap masa depan, begitu diharapkan dari seorang guru. Peran dan kehadiran guru di era sekarang, era dimana teknologi sudah berkembang sedemikian rupa. Apakah masih diperlukan ? Bukankah ilmu dapat dengan mudah dicari di internet, bahkan perkembangannya terjadi begitu cepat. Akan menuai kritikan jika guru mengajar tidak kontekstual, dikatakan kuno.

Bentuk perkembangan pola relasi antara guru dan murid saat ini menarik untuk diperhatikan. Guru menampakkan kehadirannya dan menjadi teman dalam perjalanan murid belajar. Tidak untuk menjadi sosok yang lebih pintar hingga menimbulkan relasi seperti menabung. 

Sesuatu yang dikritik oleh Paulo Freire. Dinamika belajar saat ini perlu memperhatikan tantangan, guru seolah menjadi subyek yang harus siap beradaptasi sedemikian rupa. 

Metode belajar yang diganti, kurikulum dengan pembaruan, hingga jam kerja yang tidak menentu karena harus sesuai dengan kewajiban mengajar. Persoalan menjadi guru memang tidak mudah, kadang disepelekan, tapi ketika hadirnya tidak ada menjadi kerinduan. Bukan soal ilmunya, tapi sosok yang hadir dengan menatap mata. Mungkin itu yang menjadi peran guru diperhadapkan perkembangan teknologi dan cara bertindak saat ini.

Kehadiran dan peran guru menjadi manusia seutuhnya, ketika murid-murid diperhadapkan dengan teknologi yang kadang tidak menerima kesalahan. Peran mendidik tidak hanya memperjelas peraturan dan mempersiapkan untuk ketaatan. 

Akan tetapi, guru menjadi teman dalam bersama membentuk diri dengan berbagai persoalan belajar. Tahapan belajar yang dilalui dan diperjuangkan oleh murid tentu berbeda, kesadaran guru untuk memiliki pengertian bahwa murid-murid merupakan subyek yang unik menjadi penting. Itu peran guru saat ini, berjuang untuk hadir dalam kepekaan hati melayani murid-murid dalam memantik rasa penasarannya.

Keberhasilan guru bukan pada nilai murid yang tinggi dan baik, itu hanya gambaran saja. Keberhasilan guru pada rasa dimana murid merasakan tersapa dalam setiap proses belajarnya. Ada teman yang menjadi tempat berkeluh kesah, bahkan ketika semua hal menjadi membosankan. Guru diperhadapkan tantangan yang beragam, bagi dirinya sendiri untuk terus mengembangkan diri. Bentuk dan perkembangan yang tidak menentu. 

Lalu, dari muridnya untuk tersapa dalam rasa ketika diperjumpakan dengan kenyataan hidup untuk terus belajar. Belajar tidak hanya untuk menjadi, tapi menikmati proses belajar dengan penuh daya kritis. 

Guru akan menjadi sosok yang berkesan bagi murid ketika rasanya tumbuh dalam pengharapan. Harapan guru tentu supaya murid lebih dari gurunya, melanjutkan perjuangan kehidupan dengan berbagai tindakann nyata. Guru tidak hanya menjadi orang yang mengajarkan ilmu, tapi menemani dalam proses gagal dan berhasil muridnya. Itu menjadi perjalanan kehadiran guru dan perannya dalam proses belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun