Queer Theory An Introduction
Pendahuluan
Dalam bacaan kelompok, pendahuluan diawali dengan pengertian apa itu queer dalam berbagai pandangan. Dalam beberapa tahun terakhir istilah 'queer' dipahami secara berbeda, kadang-kadang sebagai istilah umum untuk gabungan identifikasi diri seksual marjinal secara budaya dan akan tetapi dalam waktu tertentu juga untuk menggambarkan model teoritis yang baru lahir yang telah berkembang studi lesbian dan gay yang lebih tradisional[1].Â
Jagose juga menyebutkan mengenai adanya studi di universitas pada 1990-an dimana memiliki kaitan dengan peningkatan penyebaran istilah 'queer'. Penjelasan selanjutnya mengenai diskusi "queer" dalam ranah akademis, termasuk mengenai isu lesbian beserta gay. Itu menjadi kontruksi sosial tersendiri dalam pandangan Jagose, termasuk transformasi keberadaannya terkait dengan identitas mereka dalam komunitas. Perkembangan juga berlanjut mengenai definisi "queer" dalam berbagai pandangan, termasuk dari mereka yang mengalami perubahan dalam dirinya.Â
Ini menjadi refleksi menarik dalam pandangan kelompok, dimana keberadaan "queer" dilihat berdasarkan pengalaman yang mengalami. Ungkapan mengenai "queer" juga memunculkan sebuah teori, teori tersebut menyanggah jenis kelamin yang stabil, jenis kelamin dan seksualitas berkembang dari pengerjaan ulang khusus lesbian dan gay dari gambaran identitas pasca-strukturalis sebagai konstelasi.Â
The Lesbian and Gay Studies Reader juga menuliskan mengenai pengertian dari teori "queer", dimana itu menjadi upaya meneliti wacana konstitutif homoseksualitas yang dikembangkan untuk menempatkan queer di konteks historisnya dan mensurvei argumen kontemporer keduanya untuk dan melawan pandangan yang sudah ada. Sehingga menjadi refleksi dialogis antara pengalaman beserta pandangan masyarakat yang membersamainya.
 Apa sebenarnya homoseksualitas itu?Â
 Dalam tulisan Jagose, homoseksualitas umumnya dan dipahami secara luas untuk menggambarkan ketertarikan seksual bagi mereka yang memiliki jenis kelamin yang sama. Apa sebenarnya homoseksualitas itu ? Terdapat upaya penulis untuk menjelaskan dengan memberikan sebuah cerita. Jagose memulai dengan cerita mengenai pria yang tinggal bersama istri dan anak-anaknya.Â
Akan tetapi, pria tersebut berhubungan seksual dengan pria lain. Seorang narasumber dalam tulisan Jagose mengatakan identitas seksualnya, 'Itu tidak penting bagi saya. Saya melakukannya dengan pria kadang-kadang. Lebih penting bahwa saya sudah menikah dan mencintai  hidupku. Bukan urusan siapa pun apa yang saya lakukan pada sore saya yang aneh mati (Bartos et al., 1993:27).Â
Dalam tulisan Jagose, juga terdapat percakapan wawancara dengan pandangan berbeda. Dalam hal ini, yang diwawancarai menolak seorang gay identitas. "Saya juga tidak benar-benar gay. Seks gay adalah sesuatu yang saya lakukan 2-3 kali seminggu. Jumlahnya sangat sedikit dari waktu saya. Jika Anda harus tambahkan waktu yang saya habiskan untuk mencari dan berhubungan seks dengan pria itu. Apakah wanita yang mengidentifikasi dirinya sebagai lesbian tetapi saat ini dalam hubungan seksual dengan seorang pria homoseksual ?(lihat Califia, 1983; Clausen, 1990).
 Selanjutnya, pembahasan berlanjut pada konteks homoseksualitas. Dalam penemuan homoseksualitas dalam tulisan Jagose disebutkan bahwa posisi konstruksionis begitu banyak diambil dalam lesbian baru-baru ini dan studi gay sering bersumber pada karya Prancis sejarawan Michel Foucault, meskipun pada awal 1968 Mary Mcintosh mengusulkan bahwa 'homoseksual harus dilihat sebagai memainkan peran sosial daripada memiliki kondisi'- (1992:29).Â