Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Keprihatinan terhadap Kebanggaan Kuliner Lokal

23 Oktober 2022   07:05 Diperbarui: 2 November 2022   14:20 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masakan tradisional Indonesia| Dok Shutterstock via Kompas.com

Yudha Adi Putra

Kualitas makanan lokal yang ada di berbagai daerah di Indonesia sebenarnya tidak kalah nikmat dengan kuliner dari luar negeri. Ini ditandai dengan kemunculan inovasi serta kreasi makanan lokal beserta kemasan budayanya yang memiliki daya tarik. 

Tercatat ada lebih dari 5.300 makanan asli Indonesia beserta narasi kebudayaan dengan kenikmatannya. Akan tetapi, dalam perkembangan kuliner lokal itu belum ada yang menjadi khas dan dikenal secara luas dalam konteks masyarakat internasional. Misalnya, makanan lokal Indonesia seperti sate tetap akan kalah saing namanya dengan makanan seperti sushi atau tom yam dari Jepang. 

Dengan berbagai keragaman kulturnya, Indonesia memiliki banyak harta karun makanan lokal yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Sehubungan dengan potensi tersebut, ada keprihatinan tersendiri berkaitan dengan kebanggaan masyarakat Indonesia terhadap makanan asli di daerahnya. 

Menarik untuk melihat apa yang menjadi hasil survei preferensi kuliner GoodStats dengan hasil bahwa mayoritas anak muda memilih masakan tradisional sebagai makan favorit mereka.  Jumlahnya mencapai 71,4 %, sedangkan responden yang lain sebanyak 28,6 % memilih menyukai makanan yang berasal dari luar negeri. Misalnya, kuliner khas Jepang, Korea, Thailand, hingga Amerika. 

Menurut hasil survei, alasan anak muda menyukai kuliner yang berasal dari luar negeri itu berkaitan dengan kreasi menu dan rasa yang ditawarkan.

Kultur dalam menikmati kuliner lokal Indonesia sering hanya sebatas identitas lokal saja. Jadi, hanya pada kebanggaan akan makanan tertentu yang membawa indentitas bersama kisah kearifan lokal. Akan tetapi, hadirnya tidak membawa implikasi dalam transformasi pengenalan akan makanan khas Indonesia. 

Dalam makanan tradisional, tidak hanya membawa sebuah identitas lokal saja. Perannya juga berkaitan dengan transformasi watak dan karakter dari gambaran makanan lokal yang dikonsumsi. 

Misalnya, makanan dengan identik rasa manis memberikan khas karakter manusia yang identik dengan keramahtamahan. Makanan yang pedas, ada pemaknaan tersendiri akan rasa. Ada kepentingan yang terselubung dalam makanan tradisional. Itu dapat mengenai bahasa rasa hingga kepentingan ideologis sebagai sebuah pesan. 

Kenapa makanan lokal tidak menjadi populer, padahal ada potensi menarik dalam setiap cerita munculnya makanan. Salah satu penyebab yang paling berperan adalah bagaimana makanan itu membawa sebuah ideologi atau identitas. 

Dalam artian, makanan dan siapa yang memakannya menjadi bahasa percakapan secara sosial. Ini menjadi tingkatan tersendiri dalam merespon keberagaman makanan beserta kisah yang membersamainya. 

Pada masa tertentu, makanan lokal memberikan nuasa kuno yang tidak relevan dengan perkembangan kehidupan. Akan tetapi, menjadi romantis ketika dalam nuansa pasar kangen untuk merayakan semua kepenatan. 

Adanya makanan lokal tradisional dengan berbagai potensinya membawa sukacita tersendiri. Bentuk relasi dan penerapan yang demikian pada makanan akan menjadi degradasi kepentingan pada makanan, belum lagi mengenai bagaimana kebanggaan terhadap makanan lokal.

Makanan lokal perlu kebanggaan tersendiri, di dalamnya memuat kepentingan ekonomi dan pembangunan sumber daya manusia. Semua itu menjadi kontruksi pandangan dalam gambaran makanan beserta siapa yang memakannya. 

Ada tahapan kelas di mana makanan menjadi berbicara dan memberi nilai pada dirinya sendiri. Untuk itu dibutuhkan promosi hingga kesadaran akan pemaknaan pada makanan tradisional, terutama berkaitan dengan stabilitas identitas dan bentuk kebanggan dalam menikmatinya. 

Keberadaan makanan tradisional tidak perlu menjadi kerumitan, ada inovasi teknologi yang menarik untuk diperhatikan. Masyarakat dipermudah untuk aksesnya, akan tetapi minatnya belum tentu tertarik. 

Dalam hal ini, keberadaan publik figur menjadi penting untuk turut berpengaruh. Untuk keberadaan mereka, masyarakat sering masih merindukan orang yang diteladani, termasuk dalam hal menikmati makanan. 

Namun, gambaran akan yang ideal itu sering dikecewakan karena tidak sesuai dengan harapan. Kemunculan gaya hidup dengan perbedaan pada biaya hidup, itu menjadi pokok persoalan. Akan tetapi, ketika kesadaran bersama untuk jujur akan identitas beserta makanan tradisional yang membersamainya, akan selalu ada harapan. 

Setidaknya, makanan tradisional membawa pada kesehatan komunal beserta penguatan dinamika yang terjadi dalam masyarakat. Bentuknya berupa analisis terhadap minat akan makanan tradisional. 

Dinamika itu akan memunculkan kepercayaan diri hingga nantinya makanan tradisional turut memiliki nilai dalam masyarakat. Dalam menikmati makanan tradisional, terdapat ruang di mana ada produk yang dikreasikan berdasarkan refleksi dari konteks. Itu menjadi titik penting, dalam merespon keprihatinan akan kebanggaan kuliner lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun