Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pergilah, Imanmu Telah Menyelamatkan Engkau: Tafsir Disabilitas

5 Oktober 2022   22:30 Diperbarui: 5 Oktober 2022   22:31 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pergilah, Imanmu Telah Menyelamatkan Engkau ! : Membaca Markus 10 : 46 -52 dalam Perspektif Disabilitas

Pengantar

              Teologi disabilitas saat ini mengalami perkembangan, termasuk dalam penafsiran teks Alkitab. Hermeneutik disabilitas tidak bisa dilakukan tanpa bantuan tahap sebelumnya, tahapan penafsiran. Tahapan penafsiran dengan metode yang sudah berkembang itu kemudian dilanjutkan dengan pandangan disabilitas. Menurut Tabita, keberadaan teologi disabilitas dapat ditinjau dari berbagai segi seperti Alkitab, dogma gereja, sejarah, khotbah, arsitektur gereja, pastoral, pendidikan kristiani dan berbagai hal lain. Dalam tulisan ini, saya berusaha membaca kisah Bartimeus dalam perspektif disabilitas. Akan tetapi, saya akan mengawalinya dengan menafsirkan secara naratif.

Mengapa Bartimeus Berseru ?

              Dalam Markus 10 ayat 46 -- 52 diceritakan bagaimana Bartimeus berjumpa dengan Yesus. Kondisinya ada orang banyak berbondong-bondong dan Bartimeus hanya duduk di pinggir jalan. Bartimeus diceritakan sebagai pengemis buta yang teriak-teriak ketika Yesus datang. Awalnya, banyak orang menegor supaya Bartimeus diam. Tetapi, malah membuat Bartimeus semakin keras bersuara. Ada ayat menarik, "kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau" ayat ke 49. Respon itu menjadi bentuk kasihan, minta untuk Bartimeus dalam keterpurukan. Kuatkan hati menjadi identik dengan moral yang dihidupi. Menarik untuk memperhatikan pandangan Olkin (2002) bahwa keberadaan buta sebagai disabilitas dengan dosa menunjukkan model moral. Dimana disabilitas dipahami sebagai akibat dari kesalahan moral, dosa, kegagalan iman, kejagatan, atau malah ujian iman. Banyak orang dalam kisah Bartimeus itu memiliki anggapan demikian, dengan rasa kasihan pada Bartimeus. Bahkan, awalnya Bartimeus tidak dianggap hanya disepelekan sampai berteriak-teriak. Keberadaan Bartimeus yang merespon kehadiran Yesus dengan ungkapan "Anak Daud, kasihanilah Aku!" menjadi alasan tersendiri yang identik juga dengan pengharapan. Dalam hal ini, Bartimeus juga memaknainya sebagai pendekatan moral. Ketika diperhadapkan dengan pengharapan akan Anak Daud.

Apa yang Kauhendaki ?

              Dalam merespon keberadaan Bartimeus yang disabilitas, Yesus tidak langsung memberikan pendekatan moral juga. Menarik untuk memperhatikan percakapan Yesus dengan Bartimeus, ayat ke 51 "Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kauhendaki supaya Aku perbuat bagimu?". Yesus bertanya dahulu pada Bartimeus. Ada upaya untuk memanusiakan manusia. Adanya pertanyaan bagi Bartimeus ini menunjukkan bagaimana Yesus merespon dengan baik apa yang menjadi keberadaan Bartimeus. Selanjutnya, Bartimeus dengan kesadaran memohon untuk kesembuhan dari Yesus. Ada kata yang digunakan, "Jawab orang buta itu, Rabuni, supaya aku dapat melihat!" Dapat melihat menjadi harapan Bartimeus. Buta menjadi melihat. Ada bentuk upaya medis. Pendekatan yang digunakan seolah melihat kebutaan itu sebagai penyakit yang bisa berubah menjadi sembuh. Dari tidak bisa melihat menjadi bisa melihat. Ini menjadi identik dengan pendekatan model medis. Dalam pandangan Olkin (2002), model medis melihat kalau disablitas merupakan akibat dari kegagalan sistem tubuh yang dikategorikan sebagai abnormal dan patogis. Sehingga menjadi wajar apa yang disebutkan Bartimeus untuk dapat melihat. Fenomena ini menjadi keberadaan model medis dimana disabilitas diidentikan dengan abnormalitas. Ada harapan supaya tubuh dapat berfungsi seperti layaknya orang normal, sejalan dengan pendapat dari Fritzson dan Kabue (2004).

              Apa yang dikerjakan Yesus memberikan pendekatan medis. Dimana disebutkan "Pergilah imanmu telah menyelamatkan engkau!" Hingga Bartimeus dapat melihat. Bartimeus mendapatkan kemampuan untuk melihat. Respon Bartimeus diceritakan pada ayat ke 52 dengan mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Menarik untuk merefleksikan model medis dalam perkembangan saat ini. Ada banyak upaya dilakukan untuk merespon disabilitas, termasuk mengharapkan mereka dapat menjadi normal pada umumnya, menurut standar normal masyarakat umum. Itu juga yang dapat dilihat dan diharapkan dari Bartimeus ketika berjumpa dengan Yesus. Bahkan, upaya yang dilakukan sampai berteriak-teriak. Berharap kesembuhan dari Yesus dan rasa kasihan.

Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku !

              Keberadaan Bartimeus sebagai penyandang disabilitas mengalami banyak pembatasan peran. Bartimeus hanya bisa mengemis dan duduk di pinggir jalan. Keberadaan yang demikian juga memberikan gambaran bagaimana konteks sosial. Upaya pemulihan secara sosial atas peran Bartimeus dalam kondisinya sebagai penyandang disabilitas menjadi hal penting yang dilakukan Yesus. Awalnya, Bartimeus hanya teriak-teriak dan duduk mengemis di pinggir jalan. Keberjumpaan akan kesembuhan diharapkannya, hingga dapat melihat. Yesus membawa perubahan atas peran dan diri Bartimeus. Awalnya, Bartimeus hanya duduk mengemis di pinggir jalan, setelah bisa melihat dapat mengikut Yesus dalam perjalanan-Nya. Daya ubah ini menjadi penting dalam melihat kisah Bartimeus dalam pandangan disabilitas.

Menegornya Supaya Ia Diam

              Ketika diperhatikan, keberadaan Bartimeus sebagai penyandang disabilitas juga mengalami kondisi yang tidak dimanusiakan. Dalam kisahnya, ketika berbicara memanggil Yesus. Banyak orang menyuruh Bartimeus untuk diam. Kediaman Bartimeus menjadi kondisi dimana ada kesenjangan dimana Bartimeus sebagai penyandang disabilitas dan orang lain yang normal sesuai kondisi masyarakat. Tetapi, itu menjadi bagian juga dalam melihat respon Yesus. Yesus memberikan ruang, dikisahkan "Lalu Yesus berhenti dan berkata : Panggillah dia!". Ada pendekatan dalam model solidaritas yang dipakai oleh Yesus ketika teks ini dilihat dalam pandangan disabilitas. Menariknya, model solidaritas berusaha untuk menyatukan penyandang disabilitas dan orang yang normal. Poin penekanannya pada tidak mensyaratkan otonomi dan kemandirian seperti pada model sosial. Dalam kisah, ada upaya memanusiakan Bartimeus yang penyandang disablitas oleh Yesus dengan diberikan kesempatan. Bentuk solidaritas Yesus juga dengan bertanya apa yang dikehendaki oleh Bartimeus.

Pergilah Imanmu telah Menyelamatkan Engkau !

              Dalam membaca kisah Bartimeus, ada juga pendekatan terhadap penyandang disabilitas. Menariknya, ada empat yang terdiri dari model moral, model medis, model sosial, dan model solidaritas. Ketika merespon Bartimeus, Yesus berusaha memanusiakan Bartimeus. Yesus tidak menerima pendekatan model moral. Peran dan tidakan Yesus memakai model medis dengan membuat Bartimeus dapat melihat. Yesus juga memperhatikan model sosial, dimana perannya sebagai pengemis yang hanya duduk di pinggir jalan menjadi berubah dengan mengikuti Yesus kemana dia pergi dalam perjalanan-Nya. Tidak hanya itu, Yesus juga memberikan pendekatan solidaritas dimana tidak langsung membuat Bartimeus melihat. Akan tetapi, memberikan pertanyaan apa yang dikehendaki oleh Bartimeus. Hingga akhirnya, pergilah imanmu telah menyelamatkan engkau, menjadi ungkapan yang diterima oleh Bartimeus dan dia bisa melihat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun