Kebudayaan lokal juga dapat menjadi tidak digemari oleh generasi muda karena penyampaiannya dengan kekerasan. Kekerasan yang dimaksudkan adalah kekerasan dalam memperkenalkan kebudayaan lokal kepada generasi muda. Kekerasan ini dapat terjadi dalam konteks pendidikan formal dan banyak generasi muda yang tidak menyadarinya. Hal inilah yang terjadi dalam "kerja pedagogis".
Ricahrd Jenkins mengutip pengertian Bourdieu yang membahas mengenai "kerja pedagogis", sebagai suatu proses indoktrinasi yang harus berlangsung cukup lama untuk dapat memproduksi latihan yang tahan lama, yaitu habitus, produk internalisasi dari prinsip arbitasi budaya yang mampu bertanggung jawab kepada dirinya setelah tindakan pedagogis tersebut berhenti dan mempertanggungjawabkan secara praktis prinsip arbitrasi yang terinternalisasi tersebut 5 .
Proses ini terjadi dalam pengenalan kebudayaan lokal yang diterima oleh peserta didik. Sebagai upaya menghindarinya, perlu keramahtamahan dalam pembelajaran kebudayaan. Menurut Pohl, keramahtamahan berarti memperluas untuk orang lain terkait bagaimana kualitas kebaikan yang biasanya hanya diberikan untuk teman dan keluarga. Keramahtamahan ini harapannya dapat membantu dalam pengajaran kebudayaan bagi generasi muda. Sehingga lebih merasa menjadi subyek yang partisipatoris, tidak hanya didoktrin untuk mengenal kebudayaan tertentu.Â
Budaya(kan) Membaca, Membaca(kan) Budaya : Sebuah RefleksiÂ
Penulis memiliki refleksi terkait bagaimana generasi muda dapat berkontribusi dalam kelestarian budaya. Semua itu dapat terjadi dengan kemauan untuk membaca. Membaca dapat dikembangkan untuk menjadi budaya bagi generasi muda. Budayakan membaca perlu terus dilakuan dengan berlanjut pada membaca terkait isu0isu kebudayaan. Sehingga dapat terjadi generasi muda yang memiliki budaya membaca serta selanjutnya dapat merespon berbagai fenomena kebudayaan dengan keterbukaan. Hal ini pasti akan terjadi, karena dengan membaca maka akan membebaskan pemikiran sempit terkait kebudayaan lokal. Jika sudah membaca, tentu akan timbul berbagai macam keresahan yang nantinya akan direspon dengan kemauan dari dalam diri generasi muda untuk melestarikannya. Pengetahuan yang diperoleh generasi muda dari membaca dapat menjadi bekal untuk melestarikan banyaknya kebudayaan dengan penuh sukacita serta tidak merasa didoktrin untuk melestarikan kebudayaan lokalnya.Â
Penutup : Agenda Generasi Muda dalam Melestarikan Kebudayaan LokalÂ
Kebudayaan lokal bangsa Indonesia yang beragam perlu dilestarikan oleh generasi muda. Generasi muda dalam dinamikanya perlu banyak membaca. Membaca dapat membuka wawasan generasi muda dan membebaskan dari berbagai bentuk kekerasan. Generasi muda dengan agenda membaca berbagai macam realita akan membentuk keresahan tersendiri atas berbagai macam fenomena kebudayaan di Indonesia. Sehingga agenda generasi muda dalam melestarikan kebudayaan lokal adalah dengan membudayakan membaca serta membaca terkait isu kebudayaan lokal.Â
Daftar Pustaka
 Fauzi Fasri. Pierre Bourdie : Menyingkap Kekuasaan Simboli. Yogyakarta: Jalasutra, 2014. Komisi Kateketik KWI. Hidup Di ERA DIGITAL : Gagasan Dasar Dan Modul Katekese. Yogyakarta: PT Kanisius, 2015. Pohl, Christine. D. Making Room: Recovering Hospitality as a Cristian Tradition. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1999. Richard Jenkins. Membaca Pikiran Pierre Bourdieu (Terj. Nurhadi). Bantul: Kreasi Wacana, 1992. Sean Covey. The 7 Habits of Highliy Effective Teens. Amerika Serikat: Free Press, 1989. 6 Pohl, Christine. D, Making Room: Recovering Hospitality as a Cristian Tradition (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1999), 23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H