[caption id="attachment_167174" align="aligncenter" width="640" caption="Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam iklan Partai Demokrat Antikorupsi-Yulianis, mantan Wakil Direktur Keuangan PT Permai Group/Admin (KOMPAS.com-KOMPAS/Lucky Pransiska)"][/caption] Nama lengkapnya Yulianis, tapi enaknya dipanggil Anis aja biar hemat huruf. Toh, teman-teman dekatnya juga tak sedikit memanggilnya Anis. Nah, satu lagi namanya Anas Urbaningrum, panjangkan namanya ? biar elok dan gampang diingat, cukuplah Anas saja. Entah kebenaran atau ada unsur kesengajaan. Dua nama ini jadi lekat, baik dari sisi rimanya maupun kisah hebohnya.Jadilah "Balada Anas dan Anis..." Apa media saja yang membuat dua nama ini seperti kembar siam ? dimana ada Anis disitu ada Anas. Tentu tidak selalu. Kalau bukan karena seorang "penghulu" taklah melekat dua insan itu. Tahukan siapa penghulunya ? Anda betuuul. Om Nazar lah penghulunya. Eitsss...Tunggu dulu, jangan-jangan si Anas dan Anis ini sudah lama bersama, jauh sebelum keduannya mengenal penghulu. *Kalau gak ada bukti jangan ngemeng deh..daripada dikira pendukung si Alie... Susah memang mau menyebut Anas dan Anis ini kembar siam. Apalagi, tak banyak informasi tentang siapa dan latar belakang si Anis. Kalau si Anas, siapa juga tahu...Anak muda yang karir politiknya moncer. Nah si Anis ? Googling deh sampai jari lecet, gak ada info seputar profil si Anis. Apalagi di persidangan perempuan ini selalu bercadar. Makin sulit saja mengenalinya. Tapi, dugaan saya dari namanya, si Anis ini lahir bulan Juli. Soalnya kalau dia lahir bulan April kemungkinan namanya Aprianis, kalau bulan Oktober kemungkinan Oktavianis. Kalau benar si Anis lahir bulan Juli, nah berarti bulan lahirnya sama dengan si Anas, yang lahir 15 Juli 1969. Kalau tahunnya kayaknya si Anis lebih muda deh. At least, mereka bisa bikin peringatan ultah bersama. Lumayan kan buat irit biaya. Ngapain juga ngomongin biaya, bukankah fee proyek di brankas eksternal bisa dipakai duitnya..hehehhe. Ups, lupa. Si Anis kan gak pegang kunci. Pemegang kunci itu si Rina dan si Neneng. Ngomong-ngomong pemegang kunci, itu si Neneng sekarang ada dimana ya ? Kenapa sih dirimu repot amat mau menghadirkan tulisan yang menciptakan kesan Anas dan Anis ini punya hubungan dekat ? Tanya teman chatting ku saat kutanya pendapatnya tentang Anas dan Anis. Gak tahu juga ya, kenapa tiba-tiba tertarik menulis balada si Anas dan Anis ini, padahal spesialisasi penulisan ku (cieee..spesialis, baru nulis 3 kali aja..belagu..) itu tema-tema lingkungan hidup. Atau karena ini menyangkut proyek wisma atlet, kali ya. Kan itu wisma atlet dibangun di atas rawa-rawa di salah satu ujung kota Palembang, tumpah darah beta. Tahukan, kalo rawa-rawa itu daerah resapan air. Jadi jangan heran kalau makin lama Kota Palembang kian tenggelam karena gak punya daerah resapan air lagi..hehhe. Maaf pembaca, ini Cuma apalogi saja. Lanjuut soal Anas dan Anis... Lain Anis lain pula si Anas, kalau kasus wisma atlet ini tak heboh, mungkin kita tak akan pernah mengenal sosok Anis yang nampak begitu perkasa di hajar habis-habisan oleh pasukan Nazar di persidangan. Sampai-sampai beberapa pengacara yang dibayar Nazar dengan uang di brankas Eksternal..*ups maaf keceplosan, jujur saya gak tahu darimana Nazar bayar pengacara-pengacara yang penuh gairah itu. Atau mungkin pengacara itu hanya bekerja secara probono saja, alias gratis...Ah, mana mungkin ..! Apalagi itu yang rambutnya keriting dengan deretan cincin di jari, mana mau dia gak dibayar. "Atas nama keadilan, saya bela Om Nazar..." Begitu kira-kira.. Kalau Anis itu jelas-jelas bukan orang terkenal sebelumnya, maka si Anas  sebaliknya. Ia memang sudah terkenal sedari muda. Mantan ketua sebuah gerakan mahasiswa, "yakin usaha pasti sampai"...Begitu kira-kira, semboyannya. Pemikiran Anas pun banyak dalam artikel-artikel surat kabar. Di samping itu, keberaniannya melawan rezim orde baru juga tak bisa diragukan lagi. Pokoknya perjalanan politisi muda ini luar biasa sungguh. Alang kepalang banyak anak muda yang mengidolakannya. Sayang nasib si Anas menjadi panas dan bisa berujung naas. Kalau sampai si Anis bilang "iya, saya mengirim uang sebanyak 30M ke orangnya Pak Anas.." Dijamin tamat nasib si Anas. Dua bukti dari dua orang berbeda, cukuplah menjeratnya menjadi pesakitan KPK. Suara Nazar dan Suara Anis, bisa jadi sangkakala bagi karir Anas. Di luar tokoh-tokoh yang sudah tenar di kasus wisma atlet ini, ada satu tokoh lagi yang namanya samar-samar mulai terdengar, Mahfud Suroso. Kalau tokoh satu ini mulai diseret ke panggung, bisa-bisa kisah Anas dan Anis ini akan tamat. Apa ujungnya ? ya, tergantung keberanian dan kejujuran om Suroso itu. Kelak mungkin kita bisa akrabi dengan nama Om Roso..Tapi episode itu tentu bukan sekarang, karena Om Roso, belum tersentuh. Atau mungkin tak akan pernah tersentuh ? ah, jangan berandai-andai. Lihat saja nanti...Pokoknya kalau sampai Mahfud Suroso diminta kesaksiannya di persidangan. Saya janji akan nulis lagi "Balada Tante Rosa dan Om Roso"..hehehe Kembali ke balada Anas dan Anis.. Dua anak muda ini, sebenarnya dua sosok yang tengah menapaki indahnya puncak karir. Si Anas di bidang politik dan Anis di karir dunia keuangannya. Posisi wakil direktur keuangan di perusahaan yang biasa dengan proyek beratus-ratus milyar, tentu bukan perkara gampang. Butuh perjuangan untuk menggapai posisi itu. Begitu pula, si Anas menjadi ketua umum di partai besar tentu tak mudah pula meraihnya. Tapi kebesaran dua anak muda ini bisa jadi sebenarnya bersumber dari satu brankas saja, brankas eksternal..*Ngawuuuur...jangan main tuduh...hehehe. Anda anak muda ? mau sukses ? Punya brankas gak ? hehe Ya maaf, kalau ada yang merasa tertuduh. Si Anas dan si Anis atau Om Nazar ini sebenarnya bukan orang lain. Mereka berdua ini hidup dalam jiwa kebanyakan kaum muda di negeri ini. Berpendidikan, karir mentereng, kecerdasan yang tinggi dan tentu saja harta yang tak sedikit pula. Ehm...itukan kebanyakan mimpi kita-kita juga. Benar juga ya. Coba kalau kita yang punya kesempatan memegang kunci brankas eksternal..bisa-bisa nasib kita tak beda jauh dari mereka.. Pada akhirnya, kehendak dan impian itu tak perlu terlalu tinggi. Cukup santai saja, meikmati tiap gelombang hidup secara sederhana. Layaknya mencintai dengan sederhana, begitupun kita menikmati hidup yang penuh pasang surut ini. Jangan biarkan "ruh" Anas dan Anisatau Nazar menjajah jiwa kita. Raihlah segala sesuatu secukupnya saja. Bukan berarti tak boleh punya ambisi, tapi berambisilah secara sederhana saja. Pokoknya, jangan melewatkan episode Balada si Anas dan Anis ya...Banyak hikmah terkandung di dalam 'tontonan' ini,, bagi mereka yang berpikir...beneran dach..!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H