Mohon tunggu...
Huzer Apriansyah
Huzer Apriansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Pada suatu hari yang tak biasa

Belajar Menulis Disini

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Garuda Muda Perkasa, Tapi.... (Catatan dari Laga Indonesia kontra Singapura)

11 November 2011   12:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:47 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_141677" align="aligncenter" width="650" caption="Lini belakang Garuda Muda, gawang kita masih "][/caption]

Siang ini (11/11) di bawah cuaca terik ibukota, timnas sepakbola Indonesia menaklukkan the young lion dengan dua gol tanpa balas. Gol cepat Patrich Wanggai (27) di menit pertama, menjadi picu utama kemenangan laskar garuda muda. Kemudian digenapi oleh Titus Bonai (Tibo) dengan gol apik lewat aksi individu di menit ke-37.

Di bawah tatapan sekitar 15 ribu penonton, Egi dkk tampak sangat bersemangat. Tatapan penuh gairah dan keyakinan terpancar saat Indonesia Raya dikumandangkan. Sayang cuaca terik pukul 2 siang ibukota membuat penonton “terbakar” dan memilih menepi di pojok-pojok stadion mencari perlindungan teriknya matahari. Hal itu nampaknya juga dirasakan pemain di kedua kubu.

Pasca gol cepat pertama Indonesia, sesungguhnya Singapura tak tinggal diam, mereka menggedor pertahanan Indonesia lewat Khairul (19), Neil Vanu (5) dan Shadan (9). Kreasi bola satu dua yang dilanjutkan dengan sprint di sisi sayap kamudian di akhiri dengan bola-bola crossing ke area 12 pas tak mampu menaklukkan Kurnia Meiga. Abdul Rahman (28) dan Septia Hadi (2), ditopang oleh Diego Michels (24) dan Hasim Kipuw (15) tampil ciamik.

[caption id="attachment_141679" align="aligncenter" width="650" caption="Kipuw tampil ciamik mengawal sayap kanan/doc@huzera"][/caption]

Beruntung bagi garuda muda, Neil Vanu menerima kartu kuning kedua pada menit 22, unggul jumlah pemain membuat Indonesia mulai mampu menekan balik Singapura lahirlah gol kedua di menit 37 dari sepakan cantik Tibo yang tak mampu ditahan Mohamad Izwan, kiper Singapura. Di babak kedua pertandingan berlangsung garing, monoton dan tanpa gol. Paling tidak itu kesan penonton yang duduk di belakang saya.

***

Tulisan sederhana ini tak ingin mencoba melaporkan ulang pertandingan, karena kita semua telah menyaksikannya di layar kaca. Tulisan ini mencoba melihat beberapa hal yang mungkin tak begitu jelas jika kita lihat dari tayangan tv. Oleh-oleh dari GBK ini mudah-mudahan bisa mewartakan yang tak terwartakan kepada para kompasianer. Teriring kulo nuwon (permisi) kepada analisis, penulis, pengamat dan komentator bola yang jumlahnya tak sedikit di kompasiana ini.

Garuda muda kehilangan “keceriaan”

Entah perasaan saya saja atau karena cuaca terik ibukota, saya melihat para pemain timnas wajahnya nampak kaku dan tak banyak senyum dalam pertandingan ini (kecuali saat merayakan gol), berbeda saat melawan Kamboja. Saat itu, Okto (10), Patrich, Tibo bahkan Abdul Rahman tampak banyak tersenyum dan nampak rileks.

Kali ini senyum-senyum itu agak redup. Bahkan Okto yang biasanya paling banyak tersenyum kali ini nampak agak sedikit tegang. Hanya Tibo yang nampak tetap dengan gayanya yang “aneh” ; menggoyang-goyangkan jala gawang lawan, menyentuh bola yang akan ditendang bebas oleh lawan, ritual khas Tibo itu masih terlihat di pertandingan.

Senyum pemain memang bukan instrumen penting, hanya saja akankah ini indikasi di pundak mereka mulai bergantungan beban ? saya tetap berharap dan berkeyakinan ini hanya karena faktor cuaca terik saja. Namun, jikalau memang ada indikasi garuda muda mulai terbebani. Maka ini bisa berbahaya. Konsentrasi dan emosi mereka bisa terganggu. Untuk itu, meski hal ini terasa agak “mengada-ada” mungkin tak ada salahnya tim pelatih mencoba menilik kemungkinan ini. Kepada rekan-rekan media, kita juga berharap tak perlu terlalu banyak bercerita tentang ambisi emas sepakbola, atau puja-puji yang terlalu kepada pemain kita. Dukunglah mereka dengan biasa saja, seadanya tanpa menghilangkan cinta dan apresiasi kita pada punggawa garuda muda.

Keceriaan yang terpancar dari senyuman dan keasyikan “menari” di lapangan adalah cermin dari ketenangan jiwa mereka. Bukankah berulang kali coach Rahmad Darmawan menekankan “Bermainlah dengan ceria, nikmatilah permainan karena itulah substansi bermain bola” kurang lebih itu pesan RD dalam wawancaranya dengan ANTV kemarin malam. Maka, ingat itu garuda muda, Cerialah, nikmati tiap menit permainanmu ! Emas, perak, atau perunggu itu urusan nanti..itu semua hanya bonus dari kerja keras dan keceriaan kalian !

Dirga Lasut, Game Maker Oke tapi belum Super

Pada pertandingan perdana, lini tengah kita agak mati gaya, Egi dan Hendro tak mampu menghadirkan kreativitas yang berarti. Namun, hari ini Mahardiga Lasut (6) tampil sebagai game maker, ia yang menjadi jembatan antara lini belakang dan depan, ia juga mampu menjaga ritme permainan. Penguasaan bola kemudian visi bermainnya hari ini cukup lumayan.

[caption id="attachment_141680" align="aligncenter" width="650" caption="Dirga tampil oke memainkan ritme/doc@huzera"][/caption]

Sayangnya, memang Dirga belum mampu mengkreasi serangan-serangan yang mantap. Namun paling tidak kehadiran Dirga mampu mengurangi monotonnya serangan Indonesia yang bertumpu di sayap. Di sisi lain kemampuannya menjaga ritme permainan sangat penting bagi timnas kita. Tak harus selalu memaksakan bola naik dengan cepat ke pertahanan lawan, tapi memberi jeda dulu pada pemain sayap untuk berada di posisinya, begitupun striker. Sehingga permainan lebih tertata. Itu yang menurut saya cukup apik dimainkan Dirga.

Kehadiran Dirga memang seolah membuat permainan kita menjadi sedikit lebih lambat, namun perlu dicatat permainan timnas hari ini jauh lebih efisien dan efektif dibanding laga pertama, meski jumlah gol kalah.

Mungkin dipertandingan selanjutnya Dirga Lasut perlu pula mencoba lebih banyak lagi mengkreasi serangan. Karena pada akhirnya kita membutuhkan gol, bukan hanya penguasaan dan ritme permainan yang baik.

Saya berkeyakinan Dirga Lasut adalah pilihan tepat lini tengah kita bersama Egi. Semoga saja !

Sekali lagi tentang Okto

Oktavianus Maniani (10), pemain lincah dengan daya jelajah tinggi ini tak diragukan lagi perannya di timnas garuda muda. Namun, beberapa catatan rasanya tetap perlu dialamatkan kepadanya.

Bermain-main dengan bola yang terlalu lama tetap menjadi “trade mark” Okto pada laga ini. Tentu saja dalam konteks membuka celah pertahanan lawan ini baik. Tapi jika itu dilakukan ketika kawan sudah berdiri bebas dengan posisi yang lebih baik dan ia tetap mengulik bola, rasanya ini perlu dipertanyakan. Di babak kedua saja paling tidak empat kali Okto sibuk mengolah bola, padahal Patrich, Ferdinan maupun Tibo sudah punya ruang yang lebih baik, namun bola tak kunjung dibagi. Publik senayanpun seolah kesal pada Okto dan berteriak “umpaan..umpaaan…”.  Ini PR bagi coach RD untuk mengevaluasi kebiasaan Okto ini.

Satu hal lagi kebiasaan Okto yang perlu menjadi catatan.  Ia cenderung bemain stylish tidak pada tempatnya. Misalnya saja di pertangahan babak kedua ia memberi umpan dengan backheel ketika berada di daerah pertahanan sendiri dan benar saja bola itu direbut oleh Khairul dan nyaris berbuah gol andai bola tak di tip oleh Kurnia Meiga. Hal itu tak terjadi sekali tapi dua tiga kali.

Tentu kita bisa memahami bahwa Okto memang punya skills di atas rata-rata. Namun perlukah itu dilakukan saat kondisinya tidak memungkinkan atau tidak perlu ? Bolehlah bergaya sesekali, Messi atau Ronaldo juga melakukan itu untuk memberi hiburan pada suporter, tapi itu dilakukan dalam kondisi yang save bukan dipaksakan. Semoga Okto lebih baik di pertandingan-pertandingan berikut. Okto, kami yakin dan tak meragukan keahlianmu !

Lini Belakang Ciamik tapi…

Lini belakang garuda muda bisa dibilang tampil lugas dan tenang. Abdul Rahman dan Septia Hadi tampil impresif. Begitupun dengan Kipuw dan Diego. Koordinasi antara dua centreback cukup apik. Hanya saja koordinasi yang apik itu sedikit berubah tatkala Septia Hadi ditarik keluar. Nampaknya ada masalah dengan kaki  kirinya. Gunawan Dwi Cahyo (13) masuk di menit 61.

[caption id="attachment_141681" align="aligncenter" width="650" caption="Penyelamatan gemilang Kurnia Mega di babak ke-2/doc@huzera"][/caption]

Gunawan tampil tak buruk namun dari catatan saya ia membuat tiga kali kesalahan elementer. Pertama saat menyundul bola hasil umpan pemain tengah Singapura Harris sayangnya bola sundulan itu nampaknya ragu-ragu, bola hanya melambung tinggi tapi tetap di area penalti kita. Langsung saja M Khairul berupaya menyambar bola “gantung” itu, beruntung Abdul Rahman lebih sigap mengusir bola. Bukankah bola umpan Harris itu sangat santai dan Gunawan juga tidak dalam tekanan, ia bisa menyundul bola ke Kurnia Meiga atau sekalian disundul jauh ke depan.

Kedua saat M Khairul mengusai bola di kotak penalti, Gunawan beberapa kali nyaris membuat pelanggaran di kotak penalti. Puncaknya saat injury time, beruntung wasit tak menganggap itu pelanggaran.

Ketiga, saat Gunawan masuk, Kurnia Meiga berulang kali berteriak-teriak untuk memastikan Gunawan fokus. Karena memang tampak gunawan terlalu banyak bergerak, seperti sangat sibuk padahl kondisi pertahanan kita sebenarnya aman-aman saja, tak ada serangan berarti.

Sekali lagi Gunawan tak bermain buruk hanya ada beberapa hal yang mungkin sangat berbahaya kalau tidak diperbaiki.

Lini Depan, Keep it Simple !

Dua gol tentu bukan hasil buruk. Lini depan kalau mau dinilai adalah lini terbaik dari skuad garuda muda dalam dua laga ini. Tibo, Patrich, Ferdinan Sinaga dan Okto cukup padu. Skill berbalut kecepatan yang mereka miliki tentu membuat kita nyaman, namun dalam beberapa kesempatan saya melihat mengapa lini depan kita nampak “ribet”.

Saat bola bisa diumpan ke kawan, tapi justru masih di kutak katik tanpa tujuan jelas, setelah itu kecepatan yang sudah baik tidak dipadu dengan umpan-umpan yang baik. Individualisme dalam bermain di lini depan tentu tak bisa dihindari, karena begitulah para striker. Namun, bermain sederhana dengan target gol tetap harus jadi prioritas, Indah dan menghasilkan itu lebih baik tapi kalau belum bisa sampai pada level itu, menghasilkan meski tak indah tak apalah. Karena indah tapi tak menghasilkan sama saja bohong dalam sepakbola.

Semoga dari talenta-talenta muda penyerang Indonesia ini bisa terus menghasilkan gol-gol.

***

Akhirnya, sepakbola di tengahritual, industri atau apapun yang mengitarinya ia tetaplah sebuah permainan. Dimana substansinya ada pada keceriaan, kebahagiaan dan keasyikan. Kalau tiga unsur itu ada dalam timnas garuda muda saya yakin mereka bisa meraih yang terbaik.

Menarilah saja dengan ceria wahai garuda muda, niscaya bola yang menghampirimu, bukan dirimu yang mencari bola

[caption id="attachment_141682" align="aligncenter" width="650" caption="Ini dia para pendukung garuda muda/doc@huzera"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun