Tak dapat dipungkiri banyak pekerja yang mendambakan posisi yang bagus di perusahaan tempat mereka bekerja semisal jabatan supervisor, manajer, general manajer, direktur atau jabatan-jabatan basah lainnya.
Di benak mereka jabatan-jabatan tersebut dapat memberikan kesenangan baik secara finansial maupun kekuasaan.
Hal ini sah-sah saja dan manusiawi, siapa sih yang tidak ingin punya anak buah, siapa sih yang tidak ingin dihargai dan dihormati, siapa sih yang tidak ingin dibutuhkan, siapa sih yang tidak ingin ditakuti dan disegani oleh sesama karyawan.
Kebanyakan orang pasti menginginkan hal tersebut. Namun justru karena hal inilah, banyak sekali terjadi gesekan-gesekan diantara sesama karyawan demi memuluskan langkah-langkah mereka dalam mengejar karir hingga level puncak.
Tak sedikit kawan menjadi lawan dan sebaliknya lawan menjadi kawan. Sesuatu yang lazim terjadi di perusahaan manapun.
Tidak perduli perusahaan besar atau kecil, tidak perduli perusahaan dengan manajemen bagus atau buruk, pasti saja terjadi persaingan.
Di level supervisor, para staff dan officer berlomba-lomba untuk menunjukkan kinerja mereka agar terpilih untuk menempati atau dipromosikan ke posisi tersebut.
Di level manajer, para supervisor yang berkompetisi. Di level general manajer, para manajer yang bersaing. Dan di level direktur, para general manajerlah yang bertarung.
Walau memang hal ini sebuah dinamika kerja, namun jika tidak diberi aturan permainan atau rambu-rambu hukum yang baik dan jelas oleh manajemen, persaingan ini bisa menjadi bumerang bagi perusahaan.
Hal-hal yang mengindikasikan buruknya kinerja manajemen perusahaan seperti keluar-masuk atau turnover pekerja yang tinggi, loyalitas yang rendah atau keuntungan perusahaan yang kecil bisa terjadi.
Ada beberapa strategi karyawan untuk meraih cita-cita menjadi karyawan puncak yang mesti diperhatikan oleh manajemen agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat menjadi acuan manajemen untuk membuat suatu peraturan baku jenjang karir yang baik.