Pembeli bukan saya.Â
Saya sangat kecewa sekali ketika membeli suatu produk, rusak hanya dalam satu minggu yang mana menurut saya mestinya bisa bertahan dalam satu tahun. Dongkol sekali rasanya, uang sudah keluar eh barang malah hancur.Â
Mungkin saya agak sedikit terhibur ketika mendapati barang pengganti dari si penjual atau barang yang dirusak diperbaiki oleh mereka.Â
Namun saya akan sangat-sangat marah ketika barang sudah rusak eh mendapat pula perlakuan yang tidak menyenangkan dari si penjual, buntung dua kali.Â
Tapi, saya heran ketika saya sedang menjadi seorang customer care. Saya memperlakukan mereka sama dengan perlakuan penjual barang yang baru satu minggu sudah rusak tersebut terhadap saya. Bodoh sekali bukan?Â
Oke, anda sudah faham bukan apa yang ingin disampaikan oleh kalimat tersebut di atas. Anda ingin dimengerti, dipahami, dibantu dan dicarikan solusi oleh penjual begitu pula dengan pembeli kita. Oleh karena itu perlakukan mereka seperti kita memperlakukan diri sendiri, karena Pembeli itu adalah saya juga sejatinya.Â
Memandang enteng keluhan pembeli.Â
Anda tahu roti bakar yang terkenal di pojokkan sana? atau anda tahu ayam bakar yang enak ada dimana? Jika anda tahu, pasti anda akan ngomong kepada teman anda mengenai pengetahuan hal tersebut. Namun ingat, biasanya anda hanya memberi tahu ketika anda mau!!Â
Tapi, coba anda ingat, ketika anda mendapatkan layanan yang tidak enak dari suatu penjual, baik itu jasa, makanan atau barang pasti anda mengatakan kepada semua orang berulang-ulang dan berkali-kali.Â
Kalau bisa anda, tulis di FB lah, twitter lah dan lain sebagainya. Sudah mengerti maksud saya? Jika belum mari saya jelaskan.Â
Seandainya seorang pembeli senang atau puas terhadap layanan penjual, biasanya mereka hanya mengabarkan kepada orang terdekat atau keluarganya saja!!!Â