Mohon tunggu...
Bayu Segara
Bayu Segara Mohon Tunggu... Administrasi - Lihat di bawah.

Penulis saat ini tinggal di Garut. 0852-1379-5857 adalah nomor yang bisa dihubungi. Pernah bekerja di berbagai perusahaan dengan spesialis dibidang Layanan & Garansi. Sangat diharapkan jika ada tawaran kerja terkait bidang tersebut . Kunjungi juga blog saya di: https://bundelanilmu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jalan-jalan ke Dufan Dengan Keponakan Artis

17 Juni 2011   13:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:25 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ancol. Dengan dunia fantasi, sea world, serta tetek bengeknya menjadikan tempat ini menjadi tujuan favorit turis. Baik itu turis lokal ataupun itu turis asing. Dan hari ini si turis lokal yaitu saya dan teman-teman kantor memadati tempat itu. Dengan satu tujuan yang sama... senang-senang. Walaupun pada deskripsi tujuan kumpul-kumpul ini katanya untuk mempererat personil dan rasa memiliki akan perusahaan. Ah teori itu mah…semua juga pada tahu. Hehehe. Pagi-pagi saya sudah mandi. Padahal, jika tidak ada kepentingan, haram rasanya untuk mandi pagi di hari Minggu. Kebiasaan saya diminggu pagi adalah tidur setelah sholat subuh. Andai ada niatan untuk menyehatkan raga dan mata yaitu dengan ikut senam pagi di Pulomas. Cukup dengan cuci muka saja, langsung berangkat. Sepulang melihat cewek-cewek yang pada senam, baru deh mandi.

Menurut jadwal, kumpul jam delapan katanya. Walaupun tidak percaya, bahwa semua orang akan berkumpul tepat waktu. Namun saya berangkat juga dari rumah jam setengah delapan. Dan memang benar, ketika tiba di depan pintu gerbang utama tidak ada satupun teman saya yang sudah nongol. Padahal waktu menunjukkan jam delapan kurang dua menit. Ah, you know so well lah mengenai kebiasaan orang-orang kita.

Eit, ternyata tidak semua begitu. Karena ketika saya kontek nomor teman yang ada dalam hape. Ternyata ada beberapa orang yang sudah masuk dan menunggu di pintu gerbang dufan. Ah, Alhamdulillah saya mengucap syukur, masih ada yang menghargai waktu. Walaupun sebenarnya ini juga sudah menyalahi kesepakatan bersama. Janjian di depan pintu gerbang utama, kenapa sudah masuk. Hehehe… ngeluh lagih.

Akhirnya saya masuk ke dalam dengan membayar biaya 25.000 dengan rincian 10.000 untuk motor dan 15.000 untuk orangnya. Uangnya saya keluarkan dari dompet pribadi, padahal menurut juklak, biaya itu ditanggung panitia. Ya sudahlah, berkorban sedikit, pikir saya. Habis mau gimana lagi, panitianya belum pada datang.

Tiba di dalam setelah berhaha-hihi dan menunggu teman-teman lain pada datang. Akhirnya teman-teman pada ngumpul juga. Dan yang saya sangat tunggu kedatangannya, ikut hadir. Seorang anak kecil, yang bernama Kalila. Dia anak kecil yang cantik, putih, lincah dan ramah. Ibunya adalah adik dari seorang artis yang bernama Andi Soraya yang menikah dengan teman kerja saya.

Pas, mata ini melihatnya. Sontak saya gembira sekali. Ah, bakal ada temen asyik buat bermain nih, pikir saya. Dengan bersemangat saya dekati dia. Lalu saya rangkul dan cium pipinya yang menggemaskan. Namun, dia malah menggosok bekas ciuman pipi saya. Waduh, masih untung tuh pipi digosok-gosok sama tangan. Coba kalau sama tanah, berarti saya mirip sama itu tuh….. [orang muslim pasti tahu apa yang saya maksud] hehehe…

Jam 11 teng, akhirnya pintu Dufan terbuka. Wew… semuanya pada ceria. Berduyun-duyun pengunjung memasuki beberapa pintu yang tersedia. Tiba di dalam, yang menjadi incaran saya dan kedua teman saya adalah wahana Histeria. Namun, kami melakukan pemanasan dulu dengan naik kora-kora. Permainan ini lumayan membuat jantung serasa lepas. Jujur, dibanding permainan yang lainnya kora-kora adalah permainan favorit. Karena selain tidak memerlukan adrenalin yang kuat, kita masih bisa tertawa. Apalagi kalau disamping kita anak kecil cewek, perahu belum naik sudah teriak-teriak. Bikin geli saja.

Beres Kora-kora, kamipun bergegas menuju Histeria. Tiba di dalam gedung, ternyata antriannya sudah panjang. Kamipun ikut barisan antrian. Menjelang di ujung barisan, saya melihat keluar, ternyata antrian sudah mencapai luar gedung. Kamipun bersyukur datang lebih awal. Sambil nunggu giliran, kami melihat ekspresi orang -orang yang sedang duduk pada kursi Histeria. Ada yang cengengesan, ada yang tegang dan ada yang ketakutan. Diawali dengan suara seperti soundtrack film horor. Tiba-tiba kursi itu terangkat secepat kilat keatas disertai dengan jeritan kekagetan mereka. Kami yang menonton tertawa-tawa melihat kejadian itu.

Tibalah giliran kami, dengan penuh semangat masing-masing dari kami memilih tempat duduk pada wahana itu. Setelah petugas memeriksa dan membetulkan safety belt, permainan dimulai. Saya begitu tegang, berulangkali menarik nafas takut kecolongan. Tetapi ternyata, biar sudah siap-siap tetap saja kecolongan. Belum selesai nafas dihirup, tiba-tiba kursi kami terangkat terbang ke atas dalam kecepatan tinggi. Siuuuuuuuuuut… badan ini seperti terbang. Ketika tiba di atas, untuk sesaat kami seakan melayang dan tidak bisa turun. Hal ini membuat kami ketakutan. Seakan nyawa tinggal diujung saja. Belum beres dengan kekagetan ini, tiba-tiba badan tertarik ke bawah. Membuat saya tenang, karena ternyata badan ini masih terikat kepada wahana itu. Namun tarikan yang mendadak inipun ternyata memberikan sensasi tersendiri. Ibaratnya, nyawa saya masih di atas, sedangkan badan sudah ada di bawah. Ah pokoknya mah gila. Hingga untuk menghilangkan perasaan yang tidak menentu ini kami teriak sekencang-kencangnya. Karena memang, untuk mengimbangi permainan yang ekstrem di Dufan, kalo mau teriak tinggal teriak, jangan ditahan. Karena dengan teriak bisa mengurangi beban pada perasaan dan ketakutan kita.

Selesai dengan Histeria, kita pada makan siang. Beres makan, sicantik Kalila ini merengek-rengek minta masuk Istana Boneka. Orangtuanya menyerahkan dia pada saya. Dengan senang hati kamipun berangkat. Dia memegang tangan saya sambil jingkrak-jingkrak sepanjang perjalanan. Ibarat seorang Bapak dengan Anak!! Itu yang ada di pikiran saya. Mungkin di pikiran orang lain serta pembaca, keadaan itu diibaratkan seperti nona dengan pembantu hahaha… puas?

Walaupun hati ini senang, karena memang pada dasarnya saya suka dengan anak kecil. Apalagi jika anak kecil ini lucu dan menggemaskan. Namun ternyata membawa beban juga. Pasaran jadi turun nih. Karena pastinya cewek-cewek menyangka saya sudah punya anak. Aduh, sial bener nasib. Hehehe... lagi-lagi geer. Padahal siapa yang mau sama saya, pake acara mikir yang enggak-enggak.

Ketika mengantri wahana ini, saya menciumnya. Karena sayang, pipi gembul begituh dianggurin. Kali ini tangannya tidak mengusap-usap bekas ciuman saya. Membuat si Omnya ini tahu, kalo Kalila sudah merasa dekat dan nyaman dengan saya. Tak lama berselang kamipun sudah duduk manis dalam perahu yang akan membawa kami masuk ke dalam Istana Boneka.

[caption id="attachment_114547" align="alignleft" width="180" caption="Kalila"][/caption] Pas masuk Istana Boneka, itu tanganya Kalila tidak mau diem. Dadah terus menerus, membuat saya keheranan. Ini anak apa ga ada capeknya? Dan pikiran itu tambah menggelayut ketika kami tiba di akhir wahana. Karena tangannya tidak pernah berhenti untuk melambai ke arah boneka-boneka itu. Luar biasa, sekali ini anak.

Beres dengan Istana Boneka, saya membawa Kalila ke Niagara-gara. Karena teman-teman sedang berkumpul di sana. Dia ingin mencoba Wahana itu. Namun setelah diukur tingginya, ternyata dia kurang dari 125 sentimeter sesuai dengan syarat yang ditentukan. Terpaksa batal. Akhirnya dia menarik saya ke Rumah Miring. Walau dengan terpaksa sayapun mengikuti keinginannya. Anak ini cepat akrab dengan siapapun. Ketika masuk rumah miring, ada wanita di belakang saya. Cantik, namun sayang saya tidak berani menggodanya. Biasa... tidak ada nyali. Tangan Kalila dengan mudahnya meraih tangan wanita itu. Dan kamipun berjejeran, seperti Bapak, Ibu dan Anak. Hahaha lagi-lagi menghayal.

Tiba diluar, dia ingin main perahu bulat yang dikayuh, namun ibunya tidak membolehkan. Tapi dia tidak kehilangan akal, ditariknyalah tangan saya untuk mencari wahana perang bintang. Terpaksa lagi, saya mengikuti kemauannya. Setelah mencari-cari ternyata tidak ketemu. Kami balik lagi ke tempat semula. Tapi dasar ini anak, setelah bertemu dengan ibunya dia minta izin untuk naik boom-boom car. Terpaksa saya balik lagi, mengantarnya. Padahal kaki ini mulai pegel. Ah, anak yang hiperaktif sekali. Tidak ada tanda-tanda kecapekan dimukanya. Diiringin dengan tawa ibunya yang melihat saya mengeluh kecapekan, akhirnya kami berangkat ke wahana itu.

Beres, bermain boom-boom car. Saya dan Kalila berpisah. Karena kebetulan saya ingin merasakan permainan Tornado. Seperti waktu naik Kora-Kora, saya ditemani oleh dua orang teman tadi. Sedangkan teman yang lainnya berangkat ke Arung Jeram. Tiba di Tornado, ternyata sepi pengunjung. Tidak terlihat ada antrian. Kemungkinan karena sudah sore atau pengunjung pada takut untuk mencoba wahana ini, entahlah. Yang pasti keadaan ini membuat kami gembira. Tak perlu ngantri lagi.

Dengan semangat kamipun memasuki wahana dan duduk pada bangku yang tersedia. Disebelah saya ada perempuan, kalau dilihat dari tampang sih masih SMU. Dia ngomong sama saya, “Kakak-kakak, serem ga yah permainannya, aku takut”. Kata-katanya membuat saya tertawa. Selain ucapan dia yang lucu, panggilan "Kakak" itulah yang membuat saya mesem-mesem. Aihhhh…. Ternyata saya ini masih muda wek wek wek.

Tak lama kemudian, permainan ini dimulai. Pertama, tubuh kami dibalik menghadap tanah. Tiba-tiba, kami diangkat dan diputer. Setelahnya saya tidak tahu persis, bagaimana ceritanya. Yang saya inget adalah teriak-teriak histeris! Dan diakhir permainan, kepala saya puyeng setengah mati. Sumpah deh, amit-amit saya naik wahana ini lagi. Nggak akan pernah mau-mau lagi!

Beres, dari sini kamipun main Kincir-kincir. Walau masih penuh adrenalin, namun setelah merasakan Tornado, wahana itu tidak membuat kami kelimpungan. Namun melihat ada anak-anak perempuan yang ditilik dari bajunya masih SMP, kami kembali disuguhin hiburan. Ketika menjelang beres permainan, operator menggoda mereka “gimana, mau lagi?”. Yang dijawab dengan rengekan dan sikap seolah mau menangis oleh anak perempuan itu. Sampai sekarang saya masih inget kata-katanya “emoh… emoh… nggak mau lagi”. Hiihihihi… wong jowo ternyata…

Beres dari sini, kita rileks di Bianglala. Hanya untuk sekedar mencoba wahana ini saja, karena saya belum pernah. Dan sekalian sambil melihat sekeliling Ancol tanpa teriakan histeris. Namun, ketika putaran sudah melewati hitungan ke 3, kami mulai bosan. Akhirnya kami putuskan untuk pulang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun