Mohon tunggu...
Bayu Segara
Bayu Segara Mohon Tunggu... Administrasi - Lihat di bawah.

Penulis saat ini tinggal di Garut. 0852-1379-5857 adalah nomor yang bisa dihubungi. Pernah bekerja di berbagai perusahaan dengan spesialis dibidang Layanan & Garansi. Sangat diharapkan jika ada tawaran kerja terkait bidang tersebut . Kunjungi juga blog saya di: https://bundelanilmu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mancing di Ujung Genteng

19 Januari 2011   10:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:24 2958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katanya ikan di Ujung Genteng sadis-sadis ukurannya. Saya yang memang hobi mancing sangat tertantang untuk membuktikan hal tersebut. Maka dengan berbekal tas mancing saya berangkat ke sana.

Berangkat sendirian karena tidak ada satupun teman yang bisa diajak jalan.Dari rumah jam 8an tiba di Ujung Genteng jam 16an. Perjalanan yang melelahkan namun penuh dengan pengalaman-pengalaman baru.

Tiba di desa ujung genteng, langsung melihat-lihat lokasi untuk mancing. Ada beberapa pemancing yang sedang memancing di bekas dermaga, karena tertarik saya dekati. Tadinya berniat mau ikut mancing bareng mereka, namun setelah melihat bahwa banyak batu-batu karang, niat tersebut diurungkan.

Cari-cari informasi kapal yang bisa disewa ke tengah. Kebetulan nelayannya lagi pada mudik ke Pelabuhan Ratu. Ngobrol dengan seorang penduduk, dia menyarankan untuk mancing di atas perahu yang ditambatkan atau dibagang yang kecil deket dermaga. Tertarik dengan penawaran tersebut, saya menunggu perahu yang akan membawa saya ke tempat tersebut. Perahunya sedang memasang rumpon waktu itu. Saya menunggu hingga hampir satu jam lamanya, namun perahu tersebut tidak muncul-muncul. Akhirnya saya putuskan untuk jalan-jalan terlebih dahulu kea rah Pantai Pangumbahan.


Di tengah perjalanan saya melihat ada orang-orang memancing, karena tertarik saya pun ikut mancing bersama mereka. Pada saat itu waktu menjelang malam, saya mancing di pinggir pantai bersama pemancing lokal dan wisatawan dari Jakarta yang kebetulan suka mancing dan membawa alat pancing.

Sampai tengah malam, pancingan tidak ada sambutan, akhirnya diputuskan untuk tidur disisi pantai menunggu pagi. Dan berharap ada strike dari pancing yang sudah dilemparkan ke tengah. Namun malam itu berlalu tanpa kemujuran, tidak ada sambutan dari penghuni laut.

Pagi-pagi berbarengan dengan matahari yang mulai muncul, ikan pun pada muncul. Satu persatu pemancing mendapatkan ikan termasuk saya. Saya dapat ikan tanda-tanda sebesar lima jarian, lumayan terkejut. Terkejutnya karena ikan tersebut, kalau di Tanjung Kait atau Pulau Seribu didapetnya di tengah tapi di Ujung Genteng bisa didapetkan di pinggir.

Tak lama kemudian mendung, saya mulai was was, karena biasanya jika cuaca berubah, maka mood ikan pun akan berubah. Dan memang betul kekhawatiran saya, hujan turun sekitar setengah jam, dan ikanpun pada kabur, tak ada satupun yang menyambar pancing kami. Akhirnya saya putuskan berhenti mancing.

Siang hari, sambil makan di warung, saya bertanya-tanya tentang perahu yang bisa disewa ke tengah. Dasar nasib lagi baik, tak lama kemudian ibu warung memanggil seorang nelayan. Ngobrol-ngobrol, akhirnya disepakati bahwa saya bisa ikut mancing dengan dia, hanya bermodalkan bensin saja. Alhamdulillah.

Berangkat sore jam lima dan tiba di spot pas matahari terbenam. Mulai turunin pancing dasar dengan handline. Saya tidak bisa menurunkan pancingan dengan joran, karena nelayan tidak suka dengan joran, gak tahu kenapa.

Kurang lebih 1 jam, ketika arus mulai berubah, ikan pada makan. Saya strike ikan lima jarian, gak tahu namanya, ikannya aneh-aneh. Ikan begitu rakus dengan umpan cumi iris yang saya turunkan, berkali-kali dapat sambaran. Namun sayang, ikan-ikan kecil pada ikutan, hingga ngabisin umpan saja.

Menjelang tengah malam, nelayan naikin ikan kuwe 12 kiloan. Saya hanya bisa melongo dan iri. Dan tak lama kemudian disusul dengan ikan tenggiri. Saya tambah sewot dihati. Karena untuk ikutan ngoncer jebluk seperti dia, kayaknya dia kurang berkenan. Hingga akhirnya saya setia dengan mancing dasar yang walaupun lumayan dapet ikan terbesar ukurannya selebar 10 jari namun perasaan tak puas karena melihat nelayan dapat ikan besar.

Mancing ditutup dengan nelayan mendapatkan satu ikan kuwe lagi seberat 10 kiloan karena hujan mulai turun disertai dengan angin yang lumayan kencang. Kecewa karena tidak dapat ikan yang diinginkan, namun puas, karena sudah pernah merasakan mancing di tengah laut Ujung Genteng.

Niatan saya kedepan adalah mancing bawa teman, hingga bisa patungan untuk membayar sewa perahu nelayan yang sekitar 500 ribuan, agar perasaan hati tidak mendongkol karena tidak bebas memancing sesuai yang saya inginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun