Mohon tunggu...
Bayu Segara
Bayu Segara Mohon Tunggu... Administrasi - Lihat di bawah.

Penulis saat ini tinggal di Garut. 0852-1379-5857 adalah nomor yang bisa dihubungi. Pernah bekerja di berbagai perusahaan dengan spesialis dibidang Layanan & Garansi. Sangat diharapkan jika ada tawaran kerja terkait bidang tersebut . Kunjungi juga blog saya di: https://bundelanilmu.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Si Naga - Lawan Katuncar Mawur

12 Maret 2014   01:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:02 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pagi-pagi si Naga sudah nyanyi-nyanyi. Lagunya Madu Dua, miliknya Kang Ahmad Dhani. Padahal mah biasanya dia suka nyanyi lagu Pasangan Jiwa Katon Bagaskara ngikutin tuannya yang lagi ngarep dapet cewek idaman hati. Ah, si Naga emang teman yang asyik dan pengertian.

"Aih senangnya dalam hati kalau beristri dua. Oh seperti dunia ana yang punya" Lantangnya seperti sedang berusaha menyindir saya.

"Sompret, barusan dipuji, sekarang nyindir-nyindir," gerutu saya dalam hati. Penasaran, sayapun ngintip dari balik pintu.

Pas liat ke halaman belakang, baru faham kenapa si Naga nyanyi tuh lagu. Ternyata dia lagi diapit sama dua betina. Kampret bener dia. Bossnya aja susah banget dapetin satu binipun, eh dianya malah punya dua. Tapi biarin dah, jangan diganggu. Selama positif, gak baek usilin kesenangan ayam.

Sayapun nongkrong di pinggir rumah buat ngawasin ayam pelung yang masih kecil-kecil ama adeknya si Naga yaitu ayam bangkok juga yang berjumlah dua biji. Ayam pelungnya ada tiga biji. Sambil ngisep tembakau maklum lagi bokek, nggak kebeli rokok, saya planga-plongo. Keliatannya sih kayak lagi ngelamun. Padahal otak mah sedang muter. Kapaan dapet panggilan kerja. Atau kapaan dapet modal buat nambahin usaha ayam bangkok biar banyak. Sama bisa nggak yah punya isteri kayak Nadine Chandrawinata. Dan macem-macem lagi, tergantung yang melintas saja di pikiran.

Lagi asyik melongo, eh dari kejauhan kawan kita datang sambil gendong ayam bangkok. Oalah... alamat pertumpahan darah, pikir saya.

"Hayo ah, lima belas menit saja. Latihan," ajaknya membuka obrolan sambil meletakkan ayam jagoannya di tanah. Nih ayam mukanya serem, botak pula. Wajahnya kayak petinju aja, penuh bekas pukulan yang bikin kulit muka keliatan tebal. Tubuhnya tinggi. Warna bulu sebagian besar hitam, dilapisi merah marun. Sisiknya katuncar mawur kata orang Sunda mah, kalau bahasa nasionalnya sisik beras tumpah. Taji dan umur sama dengan si Naga. Pas buat jadi lawan tanding mah.

"Naga... Naga... Sini bro," panggil saya.

"Apaan sih boss, kayaknya gak seneng liat saya bahagia," sahut si Naga menggerutuu dari belakang sana. Saya sih faham sama kekesalan dia. Kita juga suka sewot kan... kalo diganggu kesenangannya.

"Ini ada tamu. Masa mesti dicuekin. Kamu pasti fahamlah, adab yang baik gimana terhadap tamu," timpal saya lembut sambil nyindir dikit.

"Faham donk boss. Tamu harus dibuat betah. Kecuali tamu tak diundang alias maling harus dibuat susah."

"Nah ntu tahu. Sini yuk."

"Meluncur boss."

Sebelum tarung, si Naga saya elapin dulu muka, tembolok sama duburnya dengan busa yang penuh air biar suegerr. Beres itu, saya bawa ke tengah lapang. Setelah kami taruh masing-masing jago, suasana sekeliling kami seakan berubah. Hawa peperangan menyelimuti arena yang saat itu cerah tersinari oleh matahari.

Pas dilepas, langsung terjadi jual beli pukulan. Jebrat... jebret. Kaki ketemu kaki saling beradu di udara. Masing-masing saling mengukur tenaga. Si Kawur (katuncar mawur) belum kelihatan kelemahannya saat itu. Dia masih bertenaga untuk menandingi pukulan-pukulan si Naga.

Jual beli pukulan kaki hanya sebentar, sepertinya masing-masing sudah pemanasan dan faham benar akan tenaga musuh. Kini si Kawur menggigit bulu di tengkuk si Naga. Dan terkunci! Ternyata si Kawur sudah mulai mengeluarkan salah satu jurusnya. Tetapi si Naga memang petarung yang baik, ketika dirasa susah untuk melepas jepitan, ia mendorongkan badan ke atas atau sampingnya si Kawur sehingga musuh tidak punya celah untuk melepaskan pukulan maut. Untuk beberapa saat tekniknya berhasil. Namun sayang, dorongan badannya ke si Kawur yang meleset malah menimbulkan celah kosong. Kesempatan itu dipake oleh si Kawur untuk memukul. Jebret. Manteb...

Cumaa... Ketika si Kawur mukul, otomatis pertahanannya terbuka. Lebih parahnya, waktu habis mukul, badan dia terjatuh ke tanah karena didorong oleh si Naga dan disaat itu pula si Naga membalas. Jebret... Kepalanya si Kawur terkena pukulan. Entah oleh taji, entah oleh sisik. Terlihat sobekan di kepala yang mengeluarkan darah. Mungkin posisi jatuh si Kawur yang salah atau memang si Naga yang pintar melihat posisi lawan yang sedikit membungkuk sehingga ada kejadian seperti itu. Seandainya yang membuat sobek adalah taji yang tajam, dapat dipastikan pertandingan tidak akan berjalan lama. Kepala si Kawur pasti bakal tertembus taji!

Untungnya hal itu tidak terjadi. Pertandingan berlanjut, walau kini kepala si Kawur berdarah namun tidak mengganggu dia untuk bertarung. Si Kawur kini mengeluarkan teknik barunya yaitu nyayap. Dia memasukkan kepalanya diantara sela-sela sayap musuh. Si Naga tampak kesulitan melepas kuncian si Kawur. Tapi, memang pintar dia ini, diputarlah badan mengikuti serangan sambil menyeret gigitan si Kawur di rawisnya, sehingga musuh susah untuk naik demi melancarkan pukulan karena badannya terbawa tarikan ke depan atau samping. Dan ketika si Naga mendapatkan kelonggaran untuk memukul diapun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memukul. Tidak cukup satu kali, dia memukul sampai dua bahkan tiga kali ketika pertahanan musuh terbuka. Lanjuut Naga!

Sesekali si Kawur masuk ke kolong. Memang tekniknya lumayan komplit. Maksudnya mau ngangkat tubuh si Naga biar jatuh dan tidak seimbang sehingga dia mendapatkan celah serangan. Tapi sayang... musuhnya adalah si Naga. Ketika si Kawur mendongkrak, maka si Naga santai aja ngikutin arah dorongan hingga posisi jatuh dia ada di depan muka si Kawur. Nah pas si Kawur masih dalam keadaan nunduk sehabis menjungkit, dengan secepat kilat si Naga menyerang. Jebret... Jebret. Maaf Kawur teknikmu tidak mempan.

Selama lima belas menit si Naga seperti Muhammad Ali lawan Foreman. Terlihat terpojok, karena selalu digigit rawisnya dan terkunci padahal sebetulnya dialah yang mengendalikan pertarungan. Banyak sekali dia mendaratkan pukulan bersih. Namun salut untuk si Kawur. Dia begitu hebat menahan pukulan keras yang dilancarkan oleh si Naga. Dan lima belas menit waktu yang tersediapun berlalu. Pertarungan dihentikan. Keadaan remis.

Cek kondisi si Naga. Muka hanya ada bekas gigitan, bukan masalah berarti. Kaki yang agak sedikit cedera. Ada sisik yang terkelupas mengeluarkan darah. Dan tembolok sedikit kebiruan bekas pukulan. Namun secara umum masih oke. Sehari dua hari juga pasti sembuh. Saya lap dengan air hangat muka, leher, tembolok dan kakinya. Beres itu, kemudian tak gabungin lagi dianya dengan para betina.

Sekarang kita cek keadaan si Kawur. Banyak luka yang dia dapatkan di muka dan kepala. Muka seperti bengep-bengep. Setelah dijelaskan dan diperlihatkan oleh pemiliknya bukti-bukti, ternyata si Kawur ini pada dasarnya sedang tidak sehat. Kotoran berwarna putih menandakan bahwa dia sedang cacingan. Kaki terlihat lemas. Kasihan banget kondisinya. Semprul juga nih pemiliknya, pikir saya. Tau kondisi ayam lagi tidak sehat maen aduin aja.

Setelah negoisasi akhirnya saya minta si Kawur untuk diurus oleh saya. Penasaran dengan teknik dia yang bagus. Pengen ngelihat gimana sih gawenya kalo dia lagi sehat. Kalo ternyata oke, siap-siap dah saya lepas kalo ada yang berminat nantinya. Karena sebetulnya nih ayam bagus, cuman sayang gak keurus. Semoga saja kalo dah diurus dengan bener-bener dia bisa memperlihatkan potensi sebenarnya. Kalo misalnya ternyata main dia masih jelek ya tinggal balikin. Biarin rugi pakan dan waktu, yang penting ada kepuasan tersendiri membuat si Kawur jadi kembali sehat. Dan sekalian nyoba jadi dokter ayam.

Dan ketika tulisan ini dibuat. Si Kawur sudah sembuh dari cacingan. Gerak geriknya mulai terlihat gesit. Namun ada beberapa masalah yang mesti diselesaikan hingga membuat dia mantab. Tapi butuh waktu untuk itu. Diantaranya membuat badan dia kekar, kalo bisa besar dan berotot. Serta menjadikannya lebih pandai memukul mengikuti kelebihan teknik dia yaitu pandai ngunci dan ngalung.

Namun ternyata, si Kawur garis hidupnya seperti ditakdirkan untuk hidup tidak tenang. Ada saja lika-likunya. Apa saja cobaan berikutnya, ikuti lanjutan kisah si Naga dalam episode Kisah si Naga Melawan si Jago Tua.

Baca juga episode awal cerita si Naga ini dengan judul "Kisah Si Naga - Episode Awal".

Sexian. Salam hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun