Ibu hanya mengangguk. Namun sepertinya masih ada sesuatu yang ingin dikatakannya.
"Bu… ada apa? Aku tidak keberatan dia menganggapku seperti itu. Selama ini aku sudah menduganya karena dia selalu saja memanggilku bukan dengan namaku sendiri. Dan bubur sumsum hijau itu pasti kesukaan anaknya kan?”
“Iya, bubur sumsum hijau memang kesukaan anak tante May. Dan Sabtu kliwon adalah hari kelahirannya. Dari semua hal dalam hidupnya hanya itu saja yang masih diingatnya.”
“Aku merasa masih ada yang ingin ibu ceritakan.”
Setelah ragu-ragu sejenak, Ibu melanjutkan.
“Dalam kecelakaan itu ada seorang anak lagi yang selamat. Namun karena May terlalu depresi hingga dia melupakan sama sekali keberadaannya.”
“Maksud Ibu…?”
“Kau Ven, adalah anak May. Dia memiliki anak kembar. Dua gadis cilik yang cantik. Vanda dan Venti.”
Mendengar perkataan ibu itu tiba-tiba saja bumi serasa berputar disekitarku. Aku kahilangan pijakan pada keyakinanku selama ini. Wanita yang ku panggil tante, yang dirawat di rumah sakit jiwa itu adalah ibu kandungku. Saat dia kehilangan seorang anak dia telah kehilangan keduanya.
Dadaku serasa sesak, paru-paruku mendesak mencari oksigen. Puluhan tahun aku hanya lah seorang anak pengganti. Dan bubur sumsum hijau itu… kini membuatku muak.
JKT 090616