Ia mereguk kesunyian dari cawan bara
Bibirnya kini sebiru laut
Berjuang mengumpulkan harga diri yang terserak
Lemah dan berduka ia meronta dalam ketidakberdayaan
Bayi yang terlahir dari rahim pendosa
Cerita kelam dari masa ke masa
Darah kesucian telah dilukis pada anggun dadanya
Lekuk asing yang sekarat, tegar menunggu maut
Lelaki-lelaki mandul sibuk memasung aib
Temaram mentari menyingkap getir jubahnya
Takdir telah menistakan kita, anakku
Pada sujud-sujud peraduan yang sakral
Telah kubayar lunas nasibmu
Disini aku menunggumu selesai bergumam
Dinginnya dinding doa menelanjangiku
Seperti ular yang mengalirkan bisanya dalam nadi
Mendesah lelah, "surgakah kakimu, Ibu?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H