Akibatnya, Nalini menjadi teramat sangat terpukul dengan komentar tajam para Koplaksianer yang tak menyukai tulisannya. Kata-kata mereka sungguh menghujam jantung Nalini. Sejak saat itu Nalini menjadi enggan membuka Koplaksiana. Ia kini lebih banyak mengurusi pekerjaan lainnya. Ibu Nalini heran, mengapa putrinya tak lagi menjamah laptop kesayangannya.
"Belakangan ini Ibu tak pernah lagi melihatmu menulis, ada apa nak?" Tanya ibu. Nalini tersenyum. Ia sejenak terdiam. Betapa inginnya Nalini menceritakan kejadian bahwa ia di-bully teman-temannya di Koplaksiana.
"Aku lagi jenuh, bu. Mungkin nanti kalau jenuhku sudah hilang, aku akan menulis lagi" jawab Nalini pelan. Ibundanya merasa Nalini menutupi sesuatu. "Katakan apa yang menyebabkanmu begini. Tak biasanya kamu murung?" tanya ibunya lagi.
Nalini tak kuasa menutupi kesedihannya. Ia pun menceritakan, kegembiraannya menghabiskan malam bersama laptop kesayangannya, bisa bercengkrama dengan teman-teman dunia mayanya, dan bisa menulis hal apapun yang disukainya, kini terusik dengan seringnya ia dibully di Koplaksiana. Ia menjadi enggan menulis lagi. Ada rasa khawatir di hatinya bila para ‘terorist' Koplaksiana muncul lagi menyerangnya.
Ibu Nalini mencoba menenangkan hati putrinya, meyakinkan Nalini bahwa di balik semua yang dialaminya tentu ada hikmahnya.
"Apapun komentar orang lain terhadap tulisanmu, jangan lantas membuatmu terpuruk atau semakin tak percaya diri. Mereka berbuat begitu karena mereka merasa tak nyaman karena tulisanmu selalu disukai banyak orang. Percayalah, mereka hanya menutupi ketidakmampuan mereka menulis seperti apa yang kau tulis. Karena apa? Hidupmu lebih menarik untuk disimak. Sedangkan mereka sendiri hanya menghabiskan waktunya untuk menjatuhkanmu. Jika kamu menyerah, itu berarti mereka sukses memporak-porandakan hatimu, membuatmu minder, tak percaya diri, dan pada akhirnya kamu menarik diri dan tidak menulis lagi."
Mendengar Kata-kata ibunya, hati Nalini menjadi tenang. Apa yang dikatakan ibu benar adanya. Seharusnya Nalini kuat mental dan tidak ciut nyali menghadapi ‘serangan' dari teman-teman Koplaksianer yang selalu berusaha menjatuhkannya. Rasa percaya diri Nalini kembali muncul. Ia pun mulai membuka laptopnya. Ada rasa lega di hati Nalini. Kini ia bertekad tak akan terpengaruh dengan komentar setajam apapun dari para Koplaksianer yang ‘sakit hati' itu.
**********
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H