Peri Saputra
Â
Â
Setelah selesai menjalankan sholat Ashar berjamaah di masjid komplek perumahahan kami. Sama seperti biasanya setelah selesai sholat, zikir dan berdoa. Saya bersama jamaah lainnya menyempatkan untuk bercengkrama sebentar. Setelah selesai bercengkrama bersama teman-teman saya kemudian pulang ke pondok kami.Â
Sampai ke rumah,  ku ambil sapu dan  saya mulai membersihkan rumah dan halaman. Sementara umak sibuk mengangkat pakaian sekaligus melipat pakaian kami. Sementara dua jagoaan kami sibuk bermain dengan teman-temannya. Sedangkan umi memang sudah beberapa hari ini kondisi kesehatannya memang tak stabil. Dan harus istirahat di tempat tidur. Sama sekali tak ada yang mencurigakan.
Tak lama kemudian, setelah selesai bersih-bersih rumah saya bersiap untuk berolahraga sebentar di masjid komplek kami. Belum sempat berangkat, nada dering handphone umi berbunyi dan ketika diangkat ternyata telpon dari dusun, Â yaitu mak cik kami memanggilnya karna beliau adalah anak bungsu dari nekno kami. Kemudian mengabarkan bahwa kondisi nekno sedang kritis dan langsung saja telponnya berubah menjadi vcall. Benar saja ketika kami lihat kondisi nekno lagi kritis.
Menyaksikan kondisi nekno yang sedang kritis, melalui vidio call terlihat semuanya sudah berkumpul. Termasuk bak, umak dan anak anak serta cucu-cucu dari nek no. Dan kami hanya bisa melihat dari handphone saja. Seketika saat itu juga bercucuranlah air mata Umi. Karena nek no sudah menghembuskan nafar terakhit.Â
Ku cubo menenangkan sambil kusapu butir-butir bening di pipinya. Tapi tak jua mampu mengusir kesedihan itu. Diri ini, sangat memaklumi ketika kondisi seperti ini kehilangan adalah hal yang sangat menyakitkan. Terlebih lagi kehilangan nekno yang selama ini ikut merawat dan membesarkan istriku. Jelang beberapa saat kemudian redahlah air itu dan berhenti bercucuran yang sedari tadi membasahi wajah umi. Walaupun rasanya begitu pedih dan perih. Tajam menusuk sukma ke dalam sanubari relung yang paling dalam....!!
Jika sebelumnya, aku juga kehilangan "Nang" dan saat ini kami juga kehilangan Nek No !
Nek nang, memang tingggal bersama kami. Ketika nek nang tidak lagi bisa bekerja, maka beliau memutuskan tinggal bersama kami. Sesekali beliau meminta untuk diantarkan ke Dusun dan hanya hitungan hari saja, Â biasanya nek nang minta dijemput kembali. Â