Mohon tunggu...
Jalu Perkasa
Jalu Perkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

selain penulis lepas bergerak pula di bidang Event Organizer - Talent Search. Hal yang paling disukai aadalah dunia hiburan dan seni.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bunga Penutup Abad: Sekelumit Kisah Romantis yang Penuh Pilu

14 Maret 2017   20:26 Diperbarui: 15 Maret 2017   06:00 2504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandung (10/3). Saat membacakan surat-surat dari Panji Darman. (Foto: Martha Topeng)

Penulis: Jalu Perkasa & Martha Topeng

Dunia Pertunjukan - Di Surabaya pada zaman Kolonial Belanda, hiduplah Minke (Reza Rahadian) dan Nyai Ontosoroh (Happy Salma) yang sedang gundah akan nasib Annelies (Chelsea Islan) yang dikirim ke negeri kincir Belanda atas perintah pengadilan Hindia Belanda. Nyai Ontosoroh yang tak lain adalah ibu kandung dari Annelies, seorang gadis Indo hasil perkawinan perempuan pribumi dan pria Eropa yang bernama Minke. Karena tidak rela anaknya pergi begitu saja sendiri di Belanda, Nyi Ontosoroh akhirnya mengutus seorang pegawainya yang bernama Robert Jan Depperste atau Panji Darman, untuk menemani kemanapun putrinya pergi.

Awalnya pertemuan Annelis dengan Minke terjadi saat Minke diajak oleh salah seorang rekannya untuk berkunjung ke rumah Annelis. Saat itu, sifat santun khas pria pribumi langsung membuat Annelis dan Nyai Ontosoroh berkesan, hingga berujung pernikahan Minke dengan Annelis. Pasca menikah, kehidupan Nyai Ontosoroh, Annelis dan Minke berlangsung damai dan sejahtera berkat beberapa perusahaan peninggalan ayah Annelis yang diurus oleh ketiganya. Hingga pada suatu hari, rumah mereka didatangi oleh seorang anak yang mengaku anak kandung ayah Annelis dari hasil pernikahannya di Belanda. Berdasarkan keputusan pengadilan Hindia Belanda Annelis pun meningalkan Tanah Air menuju Belanda sebagai tempat tinggalnya. Kehidupan Annelis sejak berangkat dari pelabuhan Surabaya dikabarkan oleh Panji Darma-sebagai suruhan Nyi Ontosoroh, melalui surat-suratnya yang dikirimkan pada Minke dan Nyi Ontosoroh. Surat-surat itu bercapkan dari berbagai kota tempat singgahnya kapal yang ditumpangi Annelies dan Panji Darma.

Minke dan Nyai Ontosoroh secara bergiliran membacakan surat-surat itu. Surat demi surat membuka sebuah pintu nostalgia antara mereka bertiga. Keduanya tak bisa melakukan apa-apa, malah menjadi tahanan rumah oleh polisi Hindia-Belanda selama dua pekan. Flashback tentang bagaimana Minke, Annelies dan Nyai Ontosoroh bertemu menjadi pengantar drama ini hingga terdapat dialog jenaka yang mengundang gelak tawa penonton. Annelies yang notabene sudah beranjak dewasa dari usia remaja diperankan Chelsea Islan dengan percampuran antara sifat polos, manja namun tulus.

Cerita berakhir beberapa saat ketika Minke yang dilanda kesedihan kemudian meminta ijin pada Nyai Ontosoroh untuk pergi ke Batavia melanjutkan sekolah menjadi dokter. Ke Batavia, Minke membawa serta lukisan potret Annelies yang dilukis oleh sahabatnya Jean Marais (Lukman Sardi) mantan veteran Perancis yang beralih profesi menjadi pelukis. Minke memberi nama lukisan itu, Bunga Penutup Abad.
Cerita ini diangkat dari novel sastrawan besar Indonesia ke atas panggung. Cerita ini memiliki tantangan tersendiri. Karena mengadaptasi dua karya besar dalam satu cerita diantaranya Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa sehingga menjadi satu naskah yang utuh. Intisari dari dua karya tersebut hanya mengambil cerita surat-surat Panji Darmin yang mengisahkan kondisi Annelies selama perjalanan ke Belanda hingga ia tiada.

Kesuksesan pementasan pertama tahun lalu, membuktikan komitmen para pemain dalam mengolah drama teatrikal ini menjadi sesuatu pesan moral dan historis dalam sebuah karya besar Pramoedy Ananta Toer yang patut diapresiasi. Dan Bandung adalah kota kedua pementasan Bunga Penutup Abad.

"Semangatnya masih sama, tetap ada live orchestra 14 orang tapi properti akan ada perubahan sedikit menyesuaikan tempat," lanjut Happy Salam yang merangkap sebagai produser Bunga Penutup Abad.
Meskipun tahun lalu beberapa talent belum terbiasa beradaptasi dalam dunia teater, namun pementasan kali ini di Bandung, Sutradara Wawan Sofwan merasa cukup puas, "Saya sangat mengapresiasi kerja keras mereka," ujar Wawan Sofwan yang  merangkap sebagai penulis Naskah Bunga Penutup Abad.

Pementasan ini tertata rapi oleh orang-orang berdedikasi di bidang tata lampu, dekorasi, tata busana dan audio sebagai pelengkap pertunjukan. Sebut saja Iskandar Loedin Artistik, Deden Jalaludin Bulqini (Multimedia), Ricky Lionardi (Penata Musik) dan Deden Siswanto (Penata Kostum).

Begitulah garis besar drama teatrikal yang diberi judul Bunga Penutup abad, yang sudah di pentaskan pada 10-11 Maret 2017 di Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat, Bandung. pada pukul 20.00.

Karya Pramoedya Ananta Toer ini, sebelumnya sudah dipentaskan oleh sutradara dan penulis naskah yang sama, Wawan Sofwan dan dengan pemain yang sama di Gedung Kesenian Jakarta pada tanggal 25, 26 dan 27 Agustus 2016 dengan menghabiskan durasi 2 jam 15 menit dengan persiapan sekitar 3 bulan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun