[caption id="attachment_395470" align="aligncenter" width="403" caption="Bang Zul, Sekjen DPP PAN yang terus dikenang (sumber foto :iberita.com)"][/caption]
Kalau tanya OB rumah PAN siapa Sekjen DPP PAN terbaik pasti jawabannya Zulkifli Hasan. Jawaban yang sama datang dari orang-orang DPD dan DPW PAN se Indonesa. Ditanya kenapa bang Zul, jawabannya juga sederhana, karena di zaman Sekjen DPP PAN bang Zul di DPP PAN ramai dikunjungi kadernya.
Orang daerah datang dan tak ribet mengurus urusan DPD atau DPW. Mereka bisa menunggu di kafe PAN, dan langsung bertemu orang nomor dua di DPP PAN. Jadi tak perlu menunggu di pos satpam, menunggu berjam-jam tak digubris dan pulang dengan hasil nol.
Dizaman sekjen Zul, dapur organisasi partai ngepul dan menyalah. Sistem adminstrasi partai berjalan sesuai protap. Keputusan organisasi partai dibuat bekerja mekanis, terstruktur tanpa neko-noko dan tedeng aling-aling.
Urusan-urusan strategi partai tak perlu melewati pos-pos rawan di DPP PAN seperti sekarang. Misalnya beberapa pengurus DPW dan DPD yang berkeluh kesah, kalau mereka kerap diplorotin isi dompetnya sesame kader PAN (pengurus DPP).
Mau ini dan itu kalau dengan orang DPP, pasti ada sangonya. Maka pengurus DPD atau DPW yang punya urusan di DPP PAN, ia selalu mengukur, seberapa kuat dompetnya mampu menampar bolak-balik wajah pengurus DPP PAN. Karena kalau berkantong cekak, urusan bisa ribet dan njlimet, anda dibuat muter, dari lantai 1-5 bolak balik nonstop. Jeruk minum jeruk, sesama kader PAN saling memeras.
Sejak kapan aksi peras-perasan itu berlangsung? Tentu jawabannya sederhana, setelah dapur organisasi tak berjalan pasca bang Zul. Mekanisme dan protap organisasi berhenti bekerja pasca bang Zul. Jadi mesin partai bekerja sesuai dinamika isi perut pengurus DPP PAN saat ini.
Yang kita tangkap, orang-orang DPD/DPW itu memahami bang Zul dengan suatu cernaan yang sederhana, yaitu ia pekerja. Karena ia menghidupkan mekanisme organisasi. Karena sebagai Sekjen partai (waktu itu) ia memahami detail-detail organisasi. Ia paham siklus kehidupan organisasi harus dimulai dari dapurnya (administrasi dan kesekretariatan). Ia turun ke daerah menggerakkan sistem organisasi.
Dengan melakukan penataan apik mekanisme organisasi partai, bang Zul menjawab kebutuhan kader. 1x24 jam rumah PAN ditongkrongi kadernya. Jadi kader merasa, di rumah PAN lah semua ide perubahan partai dan politik Indonesia didesign. Berbeda dengan rumah PAN sekarang, ibarat kuburan mewah di tengah kota. Disana hanya ada penjaga, yaitu Djonci dan Adib (penjaga kuburan).
Kita menangkap, bang Zul melakukan hal-hal yang sederhana, tapi berimplikasi sistemik terhadap roda organisasi partai. Ia mau turun langsung mengurus partai. Struktur partai berjalan, karena semangat kolektivisme diterapkan. Jadi kebijakan dan keputusan soal kepartaian tak bertumpuk-tumpuk di atas sistem ownership yang primordial.
Semua orang terlibat dalam pengambilan keputusan partai. Sekarang kader PAN (pengurus DPP PAN) merasakan, bahwa keputusan kepartaian ada di tangan kerumunan jamaah primordial ketua umum. Kondisi ini tercipta, karena ketua umum dan Sekjen (saat ini), tak memperkenalkan mekanisme dan protap partai. Jadi semunya dikerangkeng.
Lalu tentu orang bertanya-tanya, kenapa bang Zul waktu itu mau mengurus soal-soal mikro keorganisasian partai? Dari urusan kesekretariatan hingga siklus organisasi partai? Jawabannya juga sederhana, karena bang Zul ingin orang memahami organisasi partai ini secara sederhana, tapi mesin partai berjalan massif. Bukan setiap saat kader partai diceramahi pertumbuhan ekonomi, tapi dinamika partai mati kaloto (bahasa Bugis). Ini cara mengurus partai yang tak njlimet tapi apik dan berdampak sistemik. Disinilah kita mengenang cara kerja bang Zul.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H