Mohon tunggu...
Dikpa Sativa Padandi
Dikpa Sativa Padandi Mohon Tunggu... -

Dikpa, gadis kelahiran tanah Luwu yang sedang mengumpulkan serpihan-serpihan mimpinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Kecil Malam Ini

22 Juli 2013   07:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:13 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mataku tak berkedip. Menikmati gumpalan awan yang berubah warna, putih … kelabu … memekat dan menjatuhkan titik-titik air. Segerombolan burung bercicit di atas gedung tua. Mengepakkan sayapnya yang kedinginan. Gerimis dan sunyi.

Aku berdiri di tengah setapak, merentangkan tangan, tertawa dan mencoba memuntahkan lelucon-lelucon garing. Menengadah dan membiarkan wajahku basah oleh air dari atas atap. Aku sempurna menyembunyikan perasaan itu. Beban itu.

Di sebuah rumah makan yang berada tepat di pinggir pantai, aku membuang jauh pandangan. Memikirkan perihal kematian dan rindu terpendam. Juga kubayangkan diriku melarungkan luka di air pantai yang penuh merkuri. Langit kemerahan bersaput awan hitam, titik-titik airnya mengingatkanku pada kesedihan di mata Ibu. Pada persoalan yang tak tuntas-tuntas.

Berusaha … berusaha … dan berdoalah. Hanya itu yang kubisikkan berkali-kali di telingaku sendiri. Semoga pada perulangan berikutnya, telah ada sebingkis senyum untuk Ibu.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun