Mohon tunggu...
PERDI HERMAWAN
PERDI HERMAWAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya sebagai mahasiswa, disalah satu kampus yang ada di Indonesia

SAYA PERDI HERMAWAN HOBI SAYA OLAHRAGA SELAIN ITU JUGA BACA BUKU

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Percikan Nasionalisme Ki Hajar Dewantara untuk Penerus Bangsa dalam Perjuangan Pendidikan Saat Ini

26 Mei 2024   22:58 Diperbarui: 23 Juni 2024   15:00 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata pendidikan tentu saja tidak asing dengan seseoarang yang dinamakan Ki Hajar Dewantoro (KHD), seorang tokoh pendidikan dengan nama asli RM Soewardi Soerjaningrat (SS), lahir pada 2 mei 1889 dan wafat 26 April 1959 di Yogyakarta. SS merupakan seoang anak dari bangsawan Jawa yang disebut pakualam, dia mengenyam pendidikan ELS (Europeesche Lagere School) yang bisa dikatakana sekolah rendah untuk anak-anak Eropa. Kemudian SS juga mendapatkan kesempatan masuk STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen) bisa disebut sekolah dokter Jawa pada masa itu. Namun SS tidak bisa menamatkannya dikarenakan faktor kesehatan yang mengharuskan dia berhenti. Dari SS kita melihat bahwasanya dia sangat mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi terutama dengan gerakan dia di bidang pendidikan. Itu semua terlihat bagaimana kemudian SS melakukan resistensi terhadap UU Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonnantie, 1932), yang membatasi gerak nasionalisme pendidikan Indonesia yang pada akhirnya dihapus oleh pemerintahan kolonial. Dalam perjuangan itulah kemudian SS diberi penghargaan oleh pemerintahan RI, mengangkat KHD sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan (1950), dan mendapatkan gelar doktor honoris cousa dari Universitas Gadjah Mada (1959).

Melihat KHD tentu saja tidak seperti yang kita bayangkan dengan cerita perjalanannya. Banyak sekali pengorbanan yang dilakukan untuk memperjuangkan pendidikan di Indonesia. KHD pada masa itu yang memperjuangkan dan melawan politik diskriminasi yang memperbudak bangsa Indonesia, yang sengaja dirancang oleh bangsa kolonial. KHD menjadi seorang aktivis yang memperjuangkan hak-hak bangsa kita, walaupun pada akhirnya KHD harus terlempar ke negara kincir angin karena dianggap sebagai ancaman dengan gerakan yang sangat radikal bersama dua rekannya. Tentu banyak sekali pembelajaran sejarah yang bisa kita ambil dari jejak tokoh pendidikan kita, seperti yang dikatakan bahwa pendidikan ialah untuk memerdekakan manusia, selamat raganya bahagia jiwanya (Ki Hajar Dewantara). Maka dari itu sudah seharusnya kita juga memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, seperti KHD yang mampu membawa kita sampai ke titik kemerdekaan ini. Namun apakah saat ini representasi KHD masih ada dan tetap tumbuh di dalam jiwa anak muda dan seluruh bangsa Indonesia? Namun sayang, pada kenyatannya banyak sekali yang tidak peduli terhadap kondisi pendidikan di Indonesia dengan segala permasalahan di dalamnya.  Anak-anak muda sudah seharusnya perlu ikut serta memperjuangkan dan memperhatikan segala gelaja yang ada di negara kita, dan membentuk perubahan yang nyata dari segi permasalahan yang sedang kita alami. 

Pengalaman hidup ditengan-tengan pemuda meyakinkan saya bahwa suatu "kesadaran pemuda" memang ada dan diciptakan. Saya percaya bahwa watak khas dan arah dari revolusi Indonesia pada mulanya memang sebagian ditentukan oleh "kesadaran pemuda"(Ben Anderson 1988).

Permasalahan yang ada dalam sektor pendidikan untuk saat ini ialah ada ratusan ribu anak putus sekolah (Didik Darmanto 2023). Melihat hal tersebut tentu saja seharusnya bisa membuat jiwa nasionalisme kita peduli terhadap pendidikan. Anak muda harus bisa memberi solusi serta menjadi penggerak utama dari permasalahan yang ada saat ini. Akan tetapi sayangnya banyak kemudian yang acuh tak acuh terhadap pendidikan di lingkungan kita, ini menunjukan bahwasanya pemuda atau generasi penerus bangsa tidak lagi bisa melihat perjuangan KHD. Tentu saja dalam permasalahan ini bukan berarti kemudian kita harus bisa menyekolahkan seluruh anak di Indonesia, lebih daripada itu bagaimana kemudian pendidikan kita saat ini tidak lagi berpatok kepada sekolah yang formal, dalam artian tentu kita bisa menciptakan pendidikan-pendidikan alternatif sebagai sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Walaupun memang tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan formal itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita di masa depan, tapi perlu digaris bawahi KHD mengartikan pendidikan lebih daripada itu. Setiap tempat adalah ruang untuk belajar (Ki Hajar Dewantara), tentu saja saat ini  kita harus membuka lebar pikiran, bahwasanya pendidikan bukan lagi sarana untuk mencari pekerjaan yang layak, lebih daripada itu memang pendidikan perlu disalurkan untuk membentuk hal-hal yang esensial seperti pola pikir dan kepribadian budi pekerti. Sangat disayangkan ketika paradigma kita saat ini terbentuk bahwa pendidikan ialah jalan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga kita lupa bahwa pendidikan seharusnya bisa melihat dan merubah permasalahan serta gaya berpikir yang lebih dalam tentang nilai di dalamnya. Belum lagi melihat kasus-kasus anak remaja disaat ini sangat memperihatinkan. Banyak sekali kasus-kasus perundungan, pelecehan, degradasi moral yang terjadi terhadap anak-anak atau remaja.

Setiap tahun banyak sekali lulusan sarjana bidang pendidikan, namun sangat megitu ironis melihat keadaan pendidikan saat ini. Kalau kita lihat KHD hanyalah lulusan sekolah rendah untuk anak-anak Eropa, namun bisa membawa kita menuju kemerdakan. Kita sudah selayaknya melihat dan menyadari bahwa kekuatan kita sangat penuh, banyak sekali sarjana-sarjana yang ada di setiap pelosoknya. Kita perlu membangun dari kekuatan-kekuatan itu, membentuk pantikan api kecil terhadap permasalahan pendidikan agar menjadi lebih baik lagi. Untuk saat ini kita hanya memperjuangkan dan memperbaiki tanpa harus sekuat KHD melawan kebijakan kolonial. Kita tidak lagi ada di masa penjajahan, kita hanya perlu membangun sesuatu yang hanya mengalami penurunan. Kita juga perlu mengobarkan kembali jiwa nasionalis kita untuk membangun pendidikan dan memperjuangkan hak-hak kita yang sudah dimiliki. Mencerdaskan kehidupan bangsa seharusnya bukan lagi berbunyi dalam undang-undang saja, tetapi sudah bisa berdetak kencang di dalam hati dan jiwa, untuk saling membangun dan menunjukan bahwa kita ialah generasi percikan dari KHD.

Semakin banyaknya orang yang berpendidikan, seharusnya semakin banyak ide yang perlu disalurkan untuk suatu permasalahan yang ada. Tentu sangat perlu sekali membentuk reformasi terhadap keadaan kita saat ini melalui gagasan dan tindakan dari banyaknya orang yang telah mengenyam pendidikan. Kesadaran terhadap pendidikan ini pun harus dimulai dari diri kita masing-masing, guna menciptakan lingkungan yang saling bahu-membahu mengedepankan pendidikan sebagai jalan menuju kemerdekaan.  Banyak sekali tindakan-tindakan kecil yang sekiranya sangat bisa kita lakukan dalam menghadapi keadaan pendidikan saat ini, seperti membuat TBM (Taman Baca Masyarakat), berkegiatan lapak baca atau bedah buku, membuat komunintas diskusi, dan masih banyak lagi. Pantikan-pantikan kecil bisa menjadi awal untuk membentuk ruang lingkup pendidikan yang sangat luas, tentu juga bisa menjadi sarana menyalurkan edukasi pendidikan bagi mereka yang tidak bisa duduk di bangku sekolah. Dengan adanya kegiatan seperti ini maka bisa menjadi jalan keluar bagi anak-anak penerus bangsa yang masih mempunyai mimpi. Kita sudah tidak lagi seharusnya hanya memikirkan diri kita sendiri, maka sebagai seorang yang berpendidikan mereka seharusnya sudah terlahir bijaksana sejak dalam pikiran dan perbuatan (Pramoedya Ananta Toer), dan tahu tuntutan moral yang menggiring hatinya serta menunjukan gerakan apa yang harus dilakukan.

Pendidikan ilalah senjata untuk kita saat ini, dengan pendidikan kita bisa menggapai segala bentuk cinta-cinta. Sejarah perjuangan KHD adalah salah satu gambaran buat kita, bahwasanya semangat dan jiwa nasionalisme yang dia miliki bisa membawa kita sampai ke titik ini. Kita sebagai generasi penerus bangsa harus ikut serta meneruskan perjuangan KHD dengan situasi dan keadaan yang sekarang. Ilmu-ilmu yang kita dapatkan sudah cukup untuk memecahkan permasalah pendidikan. Kesadaran yang harus kita tumbuhkan adalah gerak awal jiwa yang ingin membangun bangsa. Mari kita selaraskan dan pusatkan tujuan kita yang sama akan pendidikan, yang harus terus ditekankan agar bisa membentuk para generasi yang terdidik dan selamat raganya bahagia jiwanya. Jika para terdahulu kita yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia harus mengorbankan darah dan nyawa, untuk saat ini kita hanya perlu mengorbankan tenaga dan pikiran atas permasalahan disektor pendidikan. Sudah saatnya kita gaung-gaungkan hari pendidikan di dalam jiwa kita dalam bentuk yang nyata berserta tindakannya, bukan lagi sekedar memperingati dan menghargai, akan tetapi ikut serta meneruskan percikan semangat nasionalisme kita dalam lingkungan pendidikan yang diperjuangkan KHD.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

ST. Sularto. 2016. “Inspirasi Kebangsaan Dari Ruang Kelas”, PT Kompas Media Nusantara, Jl. Palmerah selatan 26-28 Jakarta 10270.

Didik Darmanto. 2023. “Upaya Penanganan Anak Putus Sekolah Perlu Di Lakukan Holistic Dan Integratif”, https://news.republika.co.id/berita/ry3din291/putus-sekolah-di-tahun-ajaran-baru, diakses 24 mei 2024 pukul 10:25.

Ben Anderson. 1988. "Revolusi Pemuda Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun