Mohon tunggu...
Perdana Wahyu Santosa
Perdana Wahyu Santosa Mohon Tunggu... profesional -

Hanyalah seorang Dosen yang ingin berbagi opini..... Email: perdana.ws@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Trend Pendapatan dan Laba Indocement

16 Januari 2010   04:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:26 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : PERDANA WAHYU SANTOSA Chief Knowledge Officer CAPITAL PRICE Profil emiten Saat ini perusahaan mengoperasikan 12 pabriknya secara terpadu dengan total kapasitas produksi sebesar 17,1 juta ton semen per tahun. Sembilan pabriknya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Sejak tahun 2005, Perseroan telah melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan Semen Portland Komposit (Portland Composite Cement/PCC). Perseroan juga memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Portland Tipe I, Tipe II dan Tipe V dan juga Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement) dan Semen Putih (White Cement). Indocement saat ini merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia. Profil sektor Semen merupakan bahan dasar penting bagi pembangunan, terutama infrastruktur dan properti. Industri semen memerlukan energi dalam jumlah yang sangat besar pada proses produksinya. Energi mencakup 40 hingga 50 persen dari komponen operasional sebuah pabrik semen. Sebagian besar dari sumber energi ini saat ini dihasilkan dari batu bara. Pada tahun 2008, kebutuhan batubara untuk industri semen mencapai 5,5 juta ton. Produksi industri semen di Indonesia selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri, sebagian di ekspor ke luar negeri. Saat ini kapasitas produksi terpasang semen nasional sekitar 47,5 juta ton per tahun, sementara tingkat konsumsi semen nasional tahun 2008 mencapai 38 juta ton, meningkat 11,2% dari tahun sebelumnya. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan semen nasional dan perkiraan peningkatan konsumsi semen di tahun-tahun mendatang, perusahaan-perusahaan semen di Indonesia diharapkan terus meningkatkan kapasitasnya dengan membangun pabrik baru atau meningkatkan kapasitas pabrik yang sudah ada. Saham INTP sempat berada pada level tertingginya pada tanggal 14 Januari 2008 yaitu Rp9.050 per lembar saham dengan nilai transaksi harian sebesar Rp8,36 miliar. Harga saham ini terus merambat naik, akibat ekspektasi stimulus pemerintah di sektor infrastruktur yang diperkirakan dapat berdampak positif bagi kinerja perseroan. Awal Juli 2009 INTP sudah berada di level Rp 7.750. Analisis CAPITAL PRICE menilai saham INTP pada kuartal pertama 2009 ini, telah berhasil mencatatkan kinerja keuangan sesuai estimasi. Pendapatan dan Laba Sepanjang 2002-2007, INTP mampu meningkatkan sales dengan rata-rata pertumbuhan per tahun (CAGR) sebesar 13,15%. Profitabilitas INTP juga meningkat dengan CAGR sebesar 11,25% untuk operating profit, namun mengalami sedikit penurunan sebesar -1,13% untuk net income. Sales INTP terus meningkat hingga mencapai level tertingginya pada 2007 yaitu sebesar Rp7,3 triliun seiring naiknya harga semen. Namun berbeda dengan marjin laba bersih (net profit margin (NPM)), yang mewakili tingkat efektivitas perusahaan dalam mengelola biaya-biaya untuk mengkonversi sales menjadi net income. Sempat anjlok dari 26,37% (2002) menjadi 2,51% (2004), namun kemudian mengalami peningkatan dan cukup stabil di tahun-tahun berikutnya (9% - 14%). Sumber: CAPITAL PRICE (2009) INTP berhasil membukukan perbaikan kinerja pada periode awal tahun 2009 ini. Sepanjang kuartal pertama 2009, laba bersih INTP tercatat sebesar 33% menjadi Rp 502,72 miliar dari Rp 378,9 miliar. Sedangkan laba usaha naik 36% menjadi Rp 745,25 miliar. Kenaikan laba bersih disebabkan peningkatan pendapatan bersih perseroan sebesar 7% menjadi Rp 2,19 triliun. Namun kinerja keuangan INTP tergerus kerugian kurs sebesar Rp 56,67 miliar, padahal periode yang sama tahun lalu, perseroan justru mencatatkan laba kurs bersih Rp 12,39 miliar. Sedangkan gross margin INTP pada kuartal pertama 2009 meningkat menjadi 46,1%, dibanding kan periode yang sama tahun lalu sebesar 41,9%. Diprediksi peningkatan itu tidak akan berlanjut di kuartal selanjutnya, karena beban energi naik seiring meningkatnya harga batubara. Hasil kinerja pada kuartal pertama 2009 melebihi estimasi dan konsensus 30-33% yang dibuat sebelumnya akibat adanya peningkatan margin 40% dari 34%. Padahal, sejak 2002, laba bersih kuartal pertama hanya sekitar 11-28% dari laba tahunan. Hal ini merupakan nilai positif bagi investor INTP. Salam Investasi....dan sejahtera

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun