Mohon tunggu...
Ferry Fadillah
Ferry Fadillah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Sosio-Relijius. Humanis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Sebelum Kelahiran

22 September 2015   09:24 Diperbarui: 22 September 2015   09:24 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau begitu, Simmias, jiwa-jiwa kita pasti sudah eksis sebelum mereka dalam bentuk manusia-tanpa tubuh, dan pasti telah memiliki inteligensi.

Tidak hanya percaya bahwa ada kehidupan sebelum kelahiran di dunia, dari dialog di atas Sokrates juga percaya manusia dalam wujud ruh-ruh itu manusia memiliki intelegensia, mampu berpikir dan mengetahui hal-hal. Pengetahuan di alam sana itulah yang berusaha untuk diingat kembali oleh Sokrates melalui pertanyaan-pertanyaan dalam dialog dengan para pemuda. Kemudian teori ini dikenal dengan Theori of Recollection (mengingat kembali).

Teori ini memiliki kesamaan dengan teologi Islam. Di dalam ajaran Islam dipercaya ada alam ruh sebelum kelahiran manusia di dunia. Seperti yang tertulis dalam Surat Al-A’raf (7) ayat 173 :

Ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) manusia keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka seraya berfirman, “Bukankah Saya Tuhamu?”, mereka menjawab, “Betul, Engkau Tuhan, kami sungguh bersaksi”…

Dari dialog di atas antara Tuhan dengan manusia tergambar jelas bahwa ada kehidupan sebelum kelahiran manusia di dunia. Bahkan jawaban manusia seperti itu bukankah ini menandakan bahwa manusia di alam sana memiliki intelegensi. Lantas adakah pengetahuan lain yang dimiliki manusia di alam sana yang kemudian terlupakan ketika manusia terlahir ke dunia?

Ini masih pertanyaan besar. Kalau ternyata manusia sudah mengetahui rahasia alam sebelum kelahiran kemudian karena proses kelahiran pengetahuan itu lenyap dan harus diingat kembali cukup dengan logika (a priori) maka, mungkin, kita akan menemukan manusia-manusia ajaib yang terkucil dalam masyarakat dan buta akan buku referensi namun dapat menceritakan dengan detil fenomena di dasar lautan dan galaksi raya hingga ke dasar hakikatnya. Saya belum mengetahui hal ini.

Yang pasti hingga kini, ilmu pengetahuan didapat tidak saja hanya dengan berpikir dan mengingat-ingat pengetahuan di alam sana. Namun juga dengan pengamatan indra (posteriori) dan melakukan penyeldikan mendalam atas setiap benda yang tampak.

Namun, sebagai kesimpulan, bukan berarti saya tidak percaya bahwa ilmu pengetahuan tidak bisa didapat dengan mengingat pengetahuan di alam sana. Tuhan ialah sumber pengetahuan, awal dari segala sesuatu yang megajarkan Muhammad ilmu syariat dan hakikat, yang memberi penerangan para wali tentang kehidupan. Tidaklah musykil bagi manusia, pada maqam atau derajat tertentu untuk mengetahun rahasia alam semesta, pengetahuan alam sana, logos jika memang dikehendaki oleh Nya.

Wallahu a’lam.

 Ferry Fadillah. September, 2015.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun