Mohon tunggu...
Ferry Fadillah
Ferry Fadillah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Sosio-Relijius. Humanis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat

21 Maret 2015   11:20 Diperbarui: 4 April 2017   17:53 3294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1426911452987875170

Judul Buku      : Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat

Pengarang      : Cindy Adams

Penerjemah    : Syamsu Hadi

Penerbit           : Yayasan Bung Karno dan Media Pressindo

Tahun Terbit    : 2007

Tebal Buku      : 415 halaman

Bung Karno adalah nama besar yang menjadi ingatan kolektif Bangsa Indonesia. Namanya diperbincangkan banyak kalangan; mulai dari sisi mistisme hingga pidatonya yang meledak-ledak. Banyak orang mengunjungi tempat kramat di selatan Pulau Jawa yang disebut-sebut sebagai petilasan Bung Besar ini, juga, banyak politisi meniru gaya berpakaian dan teknik berpidato beliau untuk meraup untung suara menjelang pemilihan umum.

Otobiografi ini tidak ditulis sendiri oleh Bung Karno, namun dibantu oleh wartawati kebangsaan Amerika Serikat, Cindy Adams. Mulanya Bung Besar keberatan, “Otobiografiku hanya mungkin jika ada keseimbangan (subjektifitas dan objektifitas –pen) antara keduanya.Sekian banyak yang baik-baik supaya dapat mengurangi egoku dan sekian banyak yang jelek-jelek agar orang mau membeli buku itu…Hanya setelah mati dunia ini dapat menimbang dengan jujur, apakah Sukarno manusia yang baik ataukah manusia yang buruk? (Adams : 16)”, namun karena dibujuk duta besar Amerika saat itu, dan kesadaran bahwa beliau sudah tua akhirnya beliau bersedia menuturkan kisahnya dalam sebuah otobiografi.

Buku yang ditulis dengan gaya berbicara Bung Karno itu merupakan perjalanan panjang beliau dari mulai dilahirkan saat fajar menyingsing, perjuangannya dengan kemiskinan di masa kolonialisme Belanda, ‘pertapaannya’ dari penjara ke penjara, pidatonya yang meledak-ledak di hadapan masa, proklamasi, agresi militer belanda hingga firasat akhirnya akan kematian.

Namun, buku ini lebih seperti konfirmasi atas pertanyaan-pertanyaan besar rakyat Indonesia : Apakah Bung Karno Seorang Komunis? Apakah Bung Karno seorang kolaborator Jepang? Apakah Bung Karno Seorang penggila wanita? Untuk apa membangun gedung-gedung mewah ketika rakyat merasa lapar? Mengapa berkonfrontasi dengan Malaysia? Mengapa keluar dari  Perserikatan Bangsa  Bangsa? Mengapa menerima bantuan dari Kremlin? Mengapa Bung menjadi Presiden seumur hidup? Yang bagi kebanyakan orang menimbulkan rasa benci yang tidak lagi proprosional.

Ambilah salah satu contoh konfirmasi Bung Karno dari pertanyaan, Untuk apa membangun gedung-gedung mewah ketika rakyat merasa lapar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun