[caption caption="LDK"][/caption]
Oleh: Gema Otheliansyah, Pelaksana KPPN Lubuk Linggau (Eks.OJT di KPPN Jakarta III)
Setelah diterbitkan S-7102/PB.1/2015 pada Tanggal 24 Agustus 2015, semua calon pegawai Ditjen Perbendaharaan Tahun 2015 resmi dipanggil untuk mengikuti Diklat Pembinaan Karakter (DTU). DTU adalah diklat semi militer dengan bimbingan dari KOPASSUS untuk melatih mental, fisik dan disiplin calon pegawai Ditjen Perbendaharaan. DTU juga ditujukan untuk membentuk karakter pegawai Ditjen Perbendaharaan yang mampu berperilaku sesuai nilai-nilai Kementerian Keuangan guna membantu Ditjen Perbendaharaan untuk segera mewujudkan Visinya sebagai Wold Class Treasurer Manager.
DTU ini adalah diklat terakhir yang harus diikuti bagi calon Pegawai Ditjen Perbendaharaan. DTU biasa disebut sebagai diklat pamungkas sebelum para calon pegawai ditempatkan di seluruh pelosok Indonesia. DTU ini merupakan hasil kerjasama antara Bagian Kepegawaian Setditjen Perbendaharaan dan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan. Sebelumnya, Calon Pegawai Ditjen Perbendaharaan telah mendapatkan berbagai pelatihan dari Bagian Kepegawaian Setditjen Perbendaharaan yaitu dimulai dari induction program, Diklat Prajabatan, DTSD dan Profilling serta beberapa pelatihan yang lain. Jadi bisa dibilang, bahwa Bagian Kepegawaian tidak main-main dalam mempersiapkan sumber daya manusia Ditjen Perbendaharaan untuk kedepannya.
Pada awalnya, kami mempertanyakan efektivitas diklat ini bagi pembentukkan karakter seseorang. Mungkin salah satu pertanyaan yang muncul adalah apakah dengan pelatihan semi militer dapat meningkatkan disiplin dan loyalitas kami? Ataukah dengan DTU kekompakan angkatan kami akan meningkat?
Setelah menjalani serangkaian kegiatan dalam diklat ini, harus saya akui banyak sekali manfaat dari diklat ini. Mulai dari mental, kami dibina oleh pelatih untuk menjadi aparat yang tangguh dan berani guna mengawal keuangan Indonesia. Selain itu kami diajarkan untuk menjadi pribadi yang loyal, baik terhadap organisasi, atasan maupun bawahan. Loyal terhadap organisasi yaitu lebih mementingkan tugas yang diberikan negara dibandingkan dengan kepentingan pribadi. Lalu loyalitas terhadap atasan dan bawahan dapat diartikan kita harus bisa menjadi pemimpin namun bisa juga untuk dipimpin. Kesuksesan seorang pemimpin juga tergantung pada kontribusi bawahannya. Ini sesuai dengan nilai Sinergi yakni saling menghormati dan menghargai. Sinergi sendiri dapat meningkatkan kekompakan suatu organisasi guna mencapai tujuan organisasi. Loyalitas itu juga diartikan bagaimana kita menghargai orang yang sedang berbicara didepan kita, karena tidak mudah untuk menjadi orang yang berbicara didepan umum. Kita juga diajarkan tentang tanggung jawab, yaitu bagaimana kita menghargai kepercayaan yang diberikan kepada kita. Selama diklat ini saya sangat memaknai arti tanggung jawab. Selama DTU, saya dipercaya untuk menempati beberapa posisi, antara lain menjadi wakil senat II, Komandan Upacara saat upacara pembukaan dan upacara penutupan serta peserta demo karate pada saat penutupan. Memikul suatu peran membutuhkan suatu komitmen yang kuat dimana kita harus menjaga amanah yang diberikan serta dapat memberikan yang terbaik agar yang memberi amanah tidak kecewa. Selain itu kami juga diajarkan untuk bersyukur. Bagaimana tidak, pada saat DTU kami tidak bisa menggunakan smartphone dimana smartphone itu sendiri sudah menjadi kebutuhan kami saat ini. Lalu kami juga harus rela hidup selama 6 hari dilingkungan dengan fasilitas yang sangat minim mulai dari tidur ditempat yang tidak nyaman jika dibandingkan dengan keadaan rumah sampai dengan fasilitas MCK yang minim dan harus antre untuk bisa menggunakannya. Namun jika kita bandingkan dengan masyarakat yang lebih kurang beruntung dibandingkan kita, seharusnya kita bersyukur.
Fisik kami pun ditempa di Bumi Ciampea. Mulai dari mengikuti senam pagi pada pukul 04:00, berlatih baris-berbaris dibawah panas matahari yang terik, belajar bela diri, lari, merayap, guling-guling serta masuk ke sungai semua kami lakukan. Selanjutnya kami juga mendapatkan latihan caraka malam. Caraka malam adalah kegiatan menyusuri hutan di malam hari dimana kita diberi satu misi yang harus diselesaikan. Semua hal tersebut ditujukan untuk membentuk fisik yang kuat dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar. Harapannya pada saat penempatan kami sudah siap mengahadapi tempat tugas yang baru yang mungkin memiliki kondisi yang ekstrim.
Tingkat kedisiplin kami pun dilatih. Setiap kegiatan kami disana diatur oleh waktu. Mulai dari pembersihan, makan, perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain dan waktu tidur pun dikasih batasan waktu. Jika tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan kami akan ditindak. Hal ini sangat membantu kami dalam memperbaiki manajemen waktu kami yang nantinya bisa diaplikasikan pada saat bekerja. Sama halnya ketika nanti bekerja. Jika terlambat maka akan terkena potongan pada tunjangan kita. Selain disiplin waktu kami pun harus disiplin dalam memakai atribut perlengakapan kami, mulai dari topi, nametag, baju dan sepatu. Hal ini juga melatih kami agar pada saat kami bekerja harus berpenampilan sesuai standar pelayanan minimum yang telah ditetapkan, guna memberikan citra yang baik kepada para pemangku kepentingan kita.
Dari semua uraian tersebut, ternyata DTU tidak seperti bayangan awal. Dulu dibenak saya bahwa saya akan tersiksa di DTU. DTU memberikan kesan tersendiri. Sesuai dengan kata teman-teman, “DTU Manis Untuk Dikenang, Namun Tidak Untuk Diulang”. Semua pengalaman dan pelatihan ini sangat berharga bagi hidup kami khususnya saya pribadi. Nantinya kami berharap kami bisa berkontribusi yang terbaik ditempat kami yang baru.
Disclaimer:
Tulisan ini merupakan opini pribadi dan tidak mewakili pandangan organisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H