Oleh : Andi Setianto, KPPN Kotamobagu
Pada awalnya adalah sebuah keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan dan dinamai “reformasi birokrasi”. Reformasi hakekatnya adalah sebuah pengakuan, berangkat dari kesadaran akan pertobatan terhadap praktek praktek tidak terpuji dimasa lalu yang membelenggu kesadaran spiritualitas kita, bukankah inti spiritualitas juga adalah kesadaran ?
Tentu menyadari berbeda dengan mengetahui. Kita tahu kegiatan berolah raga itu penting untuk menjaga kesehatan, tapi kita tidak melakukannya. Kita tahu memperjualbelikan jabatan, menerima atau meminta gratifikasi itu salah, tapi kita menikmatinya. Kita tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi kita tidak dapat menahan godaannya. Itulah contoh mengetahui tapi tidak menyadari
Proses menjadi sadar biasanya diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa pahit dan musibah. Musibah sebenarnya adalah ”rahmat terselubung’ ‘ karena dapat membuat kita bangun dan sadar. Kita baru sadar pentingnya kesehatan kalau kita sakit. Kita baru sadar pentingnya olahraga kalau kadar kolesterol kita mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
Krisis ekonomi yang nyaris memporakporandakan bangsa ini diakhir pemerintahan orde baru menyadarkan kita para birokrat akan ”rahmat terselubung’ akan pentingnya praktek kepemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel serta yang mengutamakan pelayanan. Semua yang terjadi pada masa lalu juga membawa bimbingan-bimbingan dan tuntunan-tuntunan (Jalalludin Rumi: all are sent as guides from the beyond). Sebutan sebagai birokrat bobrok, munafik, juga indah. Bukankah sebutan-sebutan itu memberi tahu dimana posisi diri ? Disebut munafik juga baik, bukankah sebutan munafik membuat kita jadi rendah hati ?.
Kemudian tekad dikumandangkan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan mereformasi diri, melakukan “pertapaan” melalui perbaikan proses bisnis menjadi organisasi yang efisien dan efektif, penataan organisasi menjadi organisasi yang sehat dan berkinerja tinggi, dan peningkatan kapasitas sdm yang profesional dan berintegritas tinggi. Sauh telah diangkat, layar sudah berkembang, pantang surut kebelakang, di persada Ibu Pertiwi abdi sejati menjaga pundi negeri membekali diri dengan jurus-jurus sakti :
- Visioning
- Innovation
- In-depth Problem Solving and Analysis
- Decive Judgement
- Championing Change
- Adapting to Change
- Courage of Convictions
- Bussiness Acumen
- Planning and Organizing
- Driving For Results
- Delivering Results
- Quality Focus
- Continuous Improvement
- Plocies, Process and Procedurs
- Safety
- Stakeholders Focus
- Stakeholders Service
- Integrity
- Resilience
- Continuous Learning
- Teamwork and Collaboration
- Influencing and Persuading
- Managing Others
- Team Leadership
- Coaching and Developing Other
- Motivating Others
- Organization Savvy
- Relationship Management
- Negosiation
- Conflict Management
- Interpersonel Communication
- Written Communication
- Presentation Skill
- Meeting Leadership
- Meeting Contribution
Jurus-jurus sakti yang demikian itu kemudian dilebur menjadi satu jurus dahsyat yang bernama Soft Competicy yang apabila digabungkan dengan Hard Competicy akan menjadikan insan Perbendaharaan menjadi pendekar-pendekar reformasi yang tak terkalahkan, sangat mumpuni dalam tata kelola dan kualitas pelayanan yang juga adalah merupakan fokus utama dari transformasi kelembagaan dilingkungan Kementerian Keuangan.
Dalam perjalanannya kemudian kesaktian Ditjen Perbendaharaan kondang seantero persada dengan berbagai penghargaan dan prestasi :
- Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) dari KPK
- Dedication to Achieve High Level Governance in Term of Transparency and Service Delivery Standards dari ADB
- “We are best practice at this “ Hasil Survei Strategy Focussed Organization (SFO) tertinggi tingkat eselon I Kemenkeu
- Peringkat ke-1 Survei Kepuasan Pengguna Layanan lingkup eselon I Kemenkeu yang memiliki unit vertikal
Dengan visi “Menjadi Pengelola Perbendaharaan Yang Unggul Ditingkat Dunia “ dan dengan ajian pamungkas nilai-nilai Kementerian Keuangan (Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan dan Kesempurnaan) semakin mengibarkan eksistensi Ditjen Perbendaharaan, sekaligus menegaskan kesaktian Ditjen Perbendaharaan berdayaguna dalam berkarya menjadi yang terbaik dikancah dunia. Semoga
Disclaimer :
Tulisan ini merupakan opini pribadi dan tidak mewakili pandangan organisasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H